Bangsal Kencono : Rumah Adat Yogyakarta Sebagai Poros Utama Identitas Budaya Masyarakat Yogyakarta




Bangsal Kencono

Bangsal Kencono merupakan sebuah bangunan Pendopo. Halamannya sangat luas, yakni lebih dari 14.000 m2. Di depannya terdapat patung dua raksasa yang memegang gada.

Bangsal Kencono dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756 M.

Bangsal Kencono digunakan untuk acara-acara kesultanan dan keagamaan,  misalnya Jumenengan (peringatan sultan naik tahta), Ngabektan (dilakukan pada hari raya Idul Fitri)


Bangsal Kencono dipengaruhi ajaran agama Hindu. Terdapat ornamen-ornamen yang menunjukkan adanya pengaruh Hindu. 

Tiang Bangsal Kencono yang berjumlah 7 merupakan salah satu asumsi ajaran Hindu. Angka 7 adalah angka yang menunjukkan kesempurnaan, dan dikaitkan dengan jumlah langit ada 7.


A.  Ciri Khas Rumah Adat Bangsal Kencono Yogyakarta
1.     Ukuran Rumah
Bangsal Kencono memiliki ukuran yang luas dan besar, karena desainnya seperti padepokan serta berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga Kerajaan.

2.     Desain dan Motif Ukiran
Bangsal Kencono memiliki desain dengan filosofi kecintaan terhadap alam. Sedangkan untuk motifnya sendiri dominan dengan nuansa kejawen yang berpadu dengan kebudayaan Eropa seperti arsitektur Belanda, Portugis dan Cina serta Hindu.

3.     Fungsi
Bangsal Kencono selain sebagai tempat tinggal bagi keluarga kerajaan Yogyakarta, Bangsal Kencono juga merupakan pusat diselenggarakannya berbagai upacara adat maupun ritual keagamaan bagi masyarakat.


B.   Susunan Bangunan Bangsal Kencono
Susunan bangunan Bangsal Kencono terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan fungsinya, antara lain:

1.     Bagian Depan
a)     Gladhag Pangurakan : gerbang utama sebagai pintu utama ke istana.
b)    Alun-alun Lor: lapangan yang terletak di utara kraton, biasa digunakan untuk upacara, grebeg, sekaten dan lain-lain.
c)     Masjid Gedhe: tempat ibadah punggawa kasultanan.

2.     Bagian Inti
a)     Bangsal Pagelaran: bangunan khusus untuk penggawa kasultanan ketika menghadap Raja pada waktu upacara resmi.
b)    Siti Hinggil Ler: tempat upacara resmi kesultanan Yogyakarta.
c)     Kamandhungan Ler : Bangunan yang terletak di sebelah utara yang dahulu digunakan untuk perkara dengan ancaman hukum mati.
d)    Sri Manganti : dahulu digunakan untuk tempat menerima tamu kerajaan.
e)     Kedhaton : terdiri dari Kedhaton untuktempat tinggal Sultan, Keputren untuk istri Raja, dan Kesatrian untuk putra kerajaan.
f)      Kemagangan: digunakan untuk penerimaan abdi dalem, tempat berlatih dan ujian, serta apel kesetian para abdi dalem sewaktu magang.
g)     Siti Hinggil Kidul : dahulu digunakan Sultan untuk menyaksikan adu rampogan, tempatgladi resik upacara Grebeg, tempat berlatih Langen Kusumo/prajurit perempuan, dan tempat prosesi awal upacara pemakaman Sultan menuju Imogiri.

3.     Bagian Belakang
a)     Alun-alun Kidul: alun-alun yang letaknya di selatan kraton, disebut juga Pengkeran.
b)    Plengkung Nirbaya: poros utama menuju gerbang utama untuk prosesi pemakaman menuju Imogiri.



Sumber :

No comments:

Post a Comment