Joglo Situbundo : Rumah Adat Jawa Timur Dengan Ciri Khasnya Yang Unik




joglo situbundo

Nama rumah adat provinsi Jawa Timur disebut dengan Joglo Situbondo
Daerah Jawa Timur yang masih mempertahankan ciri khas bangunan Joglo Situbundo di daerah Ponorogo.
Karena letak yang berdekatan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur membuat rumah adat kedua provinsi ini hampir sama bentuk, makna dan filosofinya.

Joglo Situbundo menyiratkan kepercayaan kejawen masyarakat Jawa yang berdasarkan sinkretisme. 
Keharmonisan hubungan antara manusia dan sesamanya (“kawulo” dan “gusti”), serta hubungan antara manusia dengan lingkungan alam di sekitarnya (“microcosmos” dan “macrocosmos”), tecermin pada tata bangunan yang menyusun rumah joglo. 
Baik itu pada pondasi, jumlah saka guru (tiang utama), bebatur (tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya), dan beragam ornamen penyusun rumah joglo.
Arsitektur Joglo Situbundo menyiratkan pesan-pesan kehidupan manusia terhadap kebutuhan “papan”. 
Bahwa rumah bukankah sekadar tempat berteduh, tapi ia juga merupakan “perluasan” dari diri manusia itu sendiri. Berbaur harmoni dengan alam di sekitarnya

Ciri-Ciri Rumah Joglo Situbundo
1.     Rumah Joglo Situbundo umumnya terbuat dari kayu jati.
2.     Rumah Joglo Situbundo berbentuk limas (dara gepak)
Terdapat 4 saka guru sebagai penahan atap brunjung yang membentuk ruang pamidangan yang merupakan ruang pusat dan 12 saka pananggap yang menyangga atap pananggap (tiang pengikut), masing-masing saka ditopang oleh umpak menggunakan sistem purus.
Memakai blandar, pengeret, sunduk, serta kilil. masing- masing blandar dan pengeret dilengkapi dengan sunduk dan kili sebagai stabilisator.
Menggunakan tumpang dengan 5 tingkat. Balok pertama disebut pananggap, balok ke dua disebut tumpang, balok ke tiga dan empat disebut tumpangsari, dan balok terakhir merupakan tutup kepuh yang berfungsi sebagai balok tumpuan ujung- ujung usuk atap.
Uleng/ruang yang terbentuk oleh balok tumpang di bawah atap ada 2 (uleng ganda)
Terdapat godhegan sebagai stabilisator yang biasanya berbentuk ragam hias ular-ularan.
Menggunakan atap sistem empyak. 4 sistem empyak yang digunakan : brunjung dan cocor pada bagian atas, serta pananggap dan penangkur di bagian bawah
Terdapat balok molo pada bagian paling atas yang diikat oleh kecer dan dudur.
Menggunakan usuk peniyung yaitu usuk yang dipasang miring atau memusat ke molo. Joglo ini juga tidak memiliki emper
3.     Sebelum memasuki ruang utama rumah Joglo Situbundo umumnya terdapat makara atau selur gelung yakni sebuah pintu yang memiliki sebuah hiasan. 
Hiasan tersebut menurut kepercayaan adat Jawa Timur bertujuan untuk mengusir hal-hal negatif di dalam rumah.
4.     Rumah Joglo Situbundo memiliki dua ruangan yaitu:
a)     Pendopo : yaitu ruang depan yang berfungsi untuk menerima tamu atau balai pertemuan.
Area ini berukuran cukup luas tepat di depan rumah yang digunakan sebagai area menerima tamu. 
Selain itu, pendopo juga berfungsi sebagai sebuah balai pertemuan masyarakat Jawa untuk berdiskusi, bermusyawarah, dan bermufakat tentang acara adat maupun hajatan yang akan digelar.
Pendopo terbuka tanpa batas melambangkan sikap keterbukaan pemilik rumah terhadap siapa saja yang datang.
b)    Ruang Belakang : yaitu ruang yang digunakan untuk kamar tidur dan dapur.
Kamar tidur di rumah adat ini bisa dibagi menjadi beberapa kamar sesuai dengan kebutuhan pemilik rumah. 
Penyekat kamar atau ruangan biasanya bukan terbuat dari dinding, melainkan papan kayu sebagai pembatas. 
Dapur termasuk jenis dapur yang tradisional karena masing menggunakan tungku sebagai sumber perapian.
Area ruang belakang dimanfaatkan sebagai area membuat suatu kerajinan khas adat Jawa Timur. Kerajinan tersebut nantinya akan dijual kembali.
5.     Rumah Joglo Situbundo terbagi menjadi 3 bagian. Bagian tersebut antara lain:
a)     Kamar Kanan (Sentong Tangen)
Bagian kanan rumah terdapar dapur, pendaringan dan juga gudang yang biasanya digunakan untuk menyimpan peralatan pertanian.
b)    Kamar Tengah (Sentong Tengan)
Masyarakat Jawa Timur menganggap ruang tengah sebagai ruangan yang sakral, sehingga kamar ini hampir setiap hari selalu diberi penerangan lampu baik siang ataupun malam hari. 
Isi dari kamar tengah pun juga unik, yaitu kasur lengkap dengan bantalnya dan juga cermin beserta sisir rambut yang dibuat dengan bahan berupa tanduk.
c)     Kamar Kiri (Sentong Kiwo)
Bagian kiri rumah terdapat dempil yakni ruang tidur untuk orang tua.
Ruang ini dihubungkan dengan pasepen atau ruang belakang yang umumnya digunakan untuk tempat membuat kerajinan. 
6.     Arah hadap rumah Joglo Situbundo harus ke selatan, dengan maksud agar pemilik rumah tidak memangku Gunung Muria (yang terletak di sebelah utara) sehingga tidak memperberat kehidupan sehari-hari.
Arah lain yang juga menjadi pedoman untuk menentukan arah rumah adalah di bagian depan menghadap himpunan air (bandaran agung) dan bagian belakang membelakangi dataran tinggi, bukit atau gunung.
7.     Pondasi rumah Joglo Situbundo adalah bebatur yaitu tanah yang diratakan dan lebih tinggi dari tanah disekelilingnya. 
Diatas bebatur ini dipasang umpak yang sudah diberi purus wedokan.
Konstruksi memiliki struktur stabil, karena hanya struktur kolom bergabung atas pondasi / umpak dengan "purus". 
Berbeda dengan landasan beton, jadi jika terjadi getaran, bangunan ini bergoyang-goyang mengikuti gravitasi bumi. 
Ketika gempa datang, bangunan ini tetap akan stabil karena bisa mengikuti arah gerakan gravitasi bumi, maka tidak dapat membuat struktur kolom yang patah.

Sumber :
https://www.satujam.com/rumah-adat-jawa-timur/
http://www.lihat.co.id/properti/desain-rumah-adat-jawa-timur.html
http://alifkurniawan122179.blogspot.co.id/p/blog-page_1590.html


No comments:

Post a Comment