Rumah adat Riau disebut Rumah Selaso Jatuh Kembar. Selaso Jatuh Kembar sendiri bermakna rumah
yang memiliki dua selasar (selaso, salaso) yang lantainya lebih rendah
dari ruang tengah.
Rumah Adat Melayu Riau Selaso Jatuh Kembar saat ini lebih banyak digunakan sebagai Balai Pertemuan, oleh karena itu tidak lagi dapat dikategorikan sebagai rumah tinggal
Rumah Adat Melayu Riau Selaso Jatuh Kembar saat ini lebih banyak digunakan sebagai Balai Pertemuan, oleh karena itu tidak lagi dapat dikategorikan sebagai rumah tinggal
Komponen Rumah Selaso Jatuh Kembar
Komponen arsitektural bangunan Rumah
Selaso Jatuh Kembar memiliki nilai yang lebih dari sekedar komponen bangunan
saja, tetapi juga memiliki arti dan filosofi yang mendalam. Komponen yang
dimiliki oleh Rumah Selaso Jatuh Kembar terdiri dari :
Atap : Material atap yang dahulu
digunakan oleh masyarakat Melayu Riau adalah daun Rumbia yang di ikatkan pada
tulang atap menggunakan tali dari rotan, sedangkan perabung yang berat dipasak
pada atap dengan menggunakan nibung.
Atap Rumah Selaso Jatuh Kembar terdiri
dari silangan pada perabung (ujung atap) dan kaki atap, dua bagian ini
melengkung ke atas, namun lengkungan ujung perabung harus selalu lebih kuat
dibandingkan kaki atap.
Hiasan pada perabung atap disebut Sulo Bayung (Selembayung) dan kaki atap disebut Sayok Layangan.
Hiasan pada perabung atap disebut Sulo Bayung (Selembayung) dan kaki atap disebut Sayok Layangan.
Loteng (Ruangan Pada
Langit-Langit) : Material utama sebuah Loteng adalah papan dari kayu keras seperti
Merbau, yang kuat meskipun lebih tipis dibandingkan Lantai.
Potongan papan untuk loteng juga lebih kecil dibandingkan lantai dan bertumpu pada rangka yang dibuat dibawah atap.
Potongan papan untuk loteng juga lebih kecil dibandingkan lantai dan bertumpu pada rangka yang dibuat dibawah atap.
Loteng digunakan pada saat-saat
tertentu seperti sebelum pernikahan sebagai tempat memingit wanita yang akan
dinikahkan.
Loteng digunakan untuk mengintip ke ruangan tamu atau keluar rumah dan mendapat julukan "Anjungan Mengintai".
Loteng digunakan untuk mengintip ke ruangan tamu atau keluar rumah dan mendapat julukan "Anjungan Mengintai".
Loteng pada rumah adat Melayu Riau
terdiri dari 2 jenis, secara keseluruhan disebut Langsa dan pada bagian dapur
disebut Paran.
Tidak semua bagian rumah adat Melayu Riau diberi loteng, pada ruang tamu disebagian rumah dibiarkan terbuka yang bertujuan jika suatu saat ada pernikahan, ruangan tersebut dapat diletakkan pelaminan.
Tidak semua bagian rumah adat Melayu Riau diberi loteng, pada ruang tamu disebagian rumah dibiarkan terbuka yang bertujuan jika suatu saat ada pernikahan, ruangan tersebut dapat diletakkan pelaminan.
Lobang Angin : Lobang angin biasanya terdapat
pada bagian atas pintu atau jendela rumah. Lobang Angin dibuat dari kayu
sungkai, sama seperti yang dipergunakan untuk Pintu dan Jendela.
Lobang angin pada rumah adat
Melayu Riau mengambil bentuk simetris seperti persegi delapan, enam, empat atau
lingkaran, bentuk simetris ini dipengaruhi oleh keyakinan agama Islam yang
dimiliki masyarakat Melayu.
Dinding : Dinding rumah adat Melayu Riau pada zaman dahulu
dibuat miring 20' hingga 30'.
Kemiringan ini secara teknis memberikan aerodinamika pada rumah-rumah adat Melayu Riau yang terletak dipinggiran sungai dan laut yang berangin cukup kencang.
Kemiringan ini secara teknis memberikan aerodinamika pada rumah-rumah adat Melayu Riau yang terletak dipinggiran sungai dan laut yang berangin cukup kencang.
Dinding rumah direkatkan pada
Jenang, dalam merapatkan dinding bagian yang cekung dimasukkan kedalam bagian
yang lurus sehingga papan itu benar-benar tidak tembus cahaya atau angin.
Lantai : Lantai sebagian besar dibuat dari kayu meranti,
medang, atau punak. Susunannya dibuat sejajar dengan Rasuk dan Melintang diatas
Gelegar yang ujungnya dibatasi oleh Bandul. Ketinggian lantai biasanya
ditentukan berdasarkan tinggi tiang rumah dengan rasio 20cm hingga 60cm.
Pada bagian utama lantai bangunan
rumah adat Melayu Riau dibuat sangat rapat, sedangkan pada bagian dapur dibuat
agak jarang.
Lantai yang terbuat dari kayu Nibung diletakkan pada bagian belakang rumah atau kamar mandi dan tempat-tempat yang sering terkena air.
Lantai yang terbuat dari kayu Nibung diletakkan pada bagian belakang rumah atau kamar mandi dan tempat-tempat yang sering terkena air.
Bendul : Bendul merupakan batas ruangan dan
batas lantai yang terbuat dari kayu yang tidak boleh bersambung karna berfungsi
sebagai penguat dan pengikat pada ujung-ujung lantai.
Pintu : Pintu merupakan panel yang terbuat dari kayu
pilihan dan diberi ornamen tertentu dan terdapat Lobang Angin pada bagian
atasnya, sedangkan pada bagian bawahnya diberi kisi-kisi agar anak-anak tidak
terjatuh.
Pintu disebut juga dengan Ambang
atau Lawang. Pada bangunan rumah adat Melayu Riau pintu dibagi menjadi dua
jenis.
Yang pertama adalah pintu yang menguhubungkan bagian dalam rumah dengan bagian luar rumah, yang kedua adalah pintu yang menghubungkan bagian-bagian dalam rumah.
Yang pertama adalah pintu yang menguhubungkan bagian dalam rumah dengan bagian luar rumah, yang kedua adalah pintu yang menghubungkan bagian-bagian dalam rumah.
Jendela : Jendela disebut Tingkap atau
Pelinguk yang bentuknya mirip dengan pintu dengan satu atau dua daun jendela
yang diberi kisi-kisi dan diberi panel setinggi 30cm hingga 40cm.
Tinggi Jendela dari Lantai biasanya dibuat berdasarkan ergonomi atau adat istiadat daerah setempat.
Tinggi Jendela dari Lantai biasanya dibuat berdasarkan ergonomi atau adat istiadat daerah setempat.
Tangga : Anak tangga dan tangan tangga
biasanya dibuat dari kayu Nibung atau kayu keras lainnya yang tahan terhadap
serangan cuaca, terutama air karna pada saat air pasang atau musim penghujan
yang menyebabkan ketinggian air sungai bertambah, tangga akan sering terendam
oleh air.
Tangga rumah adat Melayu Riau
biasanya dibuat berjumlah ganjil sesuai dengan tinggi atau rendahnya rumah
tersebut dari permukaan tanah, rumah yang memiliki anak Tangga berjumlah 5 anak
tangga merepresentasikan 5 rukun Islam.
Pada tangga terdapat tiang tangga yang berbentuk persegi atau bulat yang biasanya dilengkapi dengan tangan Tangga dan diberi ornamen berupa kisi-kisi larik atau Papan Tembus.
Pada tangga terdapat tiang tangga yang berbentuk persegi atau bulat yang biasanya dilengkapi dengan tangan Tangga dan diberi ornamen berupa kisi-kisi larik atau Papan Tembus.
Tiang : Tiang-tiang rumah biasanya
memiliki panjang dari tanah hingga lantai mulai dari 1 meter hingga 2.5 meter,
ketinggian lantai yang ditunjang oleh tiang-tiang ini merespon posisi rumah
dari bibir sungai atau laut, semakin dekat dengan laut atau sungai maka semakin
tinggi pula rumah tersebut.
Bentuk Tiang rumah adat Melayu merepresentasikan
berbagai filosofi, tiang-tiang rumah adat tersebut biasanya berbentuk persegi
4, 6, 7, 8, 9.
Persegi 4 dan 8 melambangkan 4 atau 8 penjuru angin, dengan harapan rumah tersebut mendapatkan rezeki dan berkah dari berbagai penjuru, persegi 6 melambangkan Rukun Iman dalam ajaran Islam dengan harapan penghuni rumah tersebut dapat konsisten menjalankan perintah Agama
Sedangkan persegi 7 melambangkan 7 tingkatan Surga dan Neraka, dan persegi 9 disebut dengan Tiang Rangkaye yang menunjukkan kemampuan ekonomi pemiliknya.
Persegi 4 dan 8 melambangkan 4 atau 8 penjuru angin, dengan harapan rumah tersebut mendapatkan rezeki dan berkah dari berbagai penjuru, persegi 6 melambangkan Rukun Iman dalam ajaran Islam dengan harapan penghuni rumah tersebut dapat konsisten menjalankan perintah Agama
Sedangkan persegi 7 melambangkan 7 tingkatan Surga dan Neraka, dan persegi 9 disebut dengan Tiang Rangkaye yang menunjukkan kemampuan ekonomi pemiliknya.
Tutup Tiang : Tutup Tiang yang menghubungkan
Tiang-Tiang Seri disebut Tutup Tiang Panjang, sedangkan yang menghubungkan
tiang-tiang lain disebut Tutup Tiang Pendek.
Kolong Rumah : Memiliki berbagai fungsi seperti
tempat menyimpan berbagai stok seperti kayu bakar untuk memasak pada musim
panas.
Selain itu pada saat sungai surut, kolong rumah juga menjadi bengkel untuk memperbaiki dan menyimpan perahu atau sampan.
Selain itu pada saat sungai surut, kolong rumah juga menjadi bengkel untuk memperbaiki dan menyimpan perahu atau sampan.
Rasuk dan Gelegar : Di beberapa tempat di Riau disebut
juga dengan nama Gelegar Jantan atau Gelegar Induk, Gelegar juga disebut
sebagai Rasuk Anak dan dipasang melintang Rasuk Induk yang terbuat dari
Tembusu, Kayu Resak atau Kulim. Rasuk yang besar disebut dengan Rasuk Induk dan
yang kecil adalah Rasuk Anak.
Jenang : Fungsi utama Jenang adalah penyambung dinding dan
merekatkan Rasuk ke Tutup Tiang dan diruncing bulatkan ujungnya.
Sento : Kayu-kayu yang menguhubungkan antar Jenang disebut
Sento, atau disebut juga anak Jenang yang ukurannya lebih kecil dari Jenang.
Kedua ujung Sento dipahatkan kedalam Jenang.
Alang : Alang merupakan kayu yang dipasang melintang diatas
Tutup Tiang yang berfungsi sebagai Gelegar Loteng atau balok tarik dibawah
kuda-kuda dan berukuran sama dengan Tutup Tiang atau lebih kecil sedikit.
Kasau : Kasau adalah kaki kuda-kuda atap dan dapat
difungsikan sebagai pengikat atap
Gulung-gulung : Gulung-gulung biasanya berbentuk persegi yang
dipasang sejajar dengan tulang bubung dan diletakkan di atas Kasau.
Tulang Bubung : Merupakan kayu yang berbentuk persegi yang menjadi
pertemuan ujung Kasau dan ujung atau sebelah atas.
Di atasnya dipasang Peraung yaitu atap yang menjadi penutup ujung atap paling atas.
Di atasnya dipasang Peraung yaitu atap yang menjadi penutup ujung atap paling atas.
Singap : Bagian ini dapat dibuat bertingkat dan dapat pula
difungsikan sebagai Lobang Angin.
Pada bagian yang menjorok luar disebut sebagai Teban Layer atau lantai Alang atau Undan-undan.
Pada bagian yang menjorok luar disebut sebagai Teban Layer atau lantai Alang atau Undan-undan.
Dari Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment