Rumah adat dari Sumatera Barat disebut
Rumah Gadang. Salah satu keunikan rumah gadang ialah bentuk atapnya yang
menyerupai tanduk kerbau.
Bentuk
badan rumah gadang yang segi empat yang membesar ke atas (trapesium terbalik)
sisinya melengkung kedalam atau rendah di bagian tengah, secara estetika
merupakan komposisi yang dinamis.
Jika
dilihat pula dari sebelah sisi bangunan (penampang), maka segi empat yang
membesar ke atas ditutup oleh bentuk segi tiga yang juga sisi segi tiga itu
melengkung ke arah dalam, semuanya membentuk suatu keseimbangan estetika yang
sesuai dengan ajaran hidup mereka.
Atapnya
yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis
itu, sehingga air hujan yang betapa pun sifat curahannya akan meluncur cepat
pada atapnya.
Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya dan terpaan tampias.
Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada musim panas.
Bangun rumah yang membesar ke atas, yang mereka sebut silek, membebaskannya dan terpaan tampias.
Kolongnya yang tinggi memberikan hawa yang segar, terutama pada musim panas.
Rumah
Gadang mempunyai fungsi yang beragam, diantaranya antara lain :
1. Sebagai
tempat kediaman keluarga, fungsi rumah gadang juga sebagai lambang kehadiran
suatu kaum serta sebagai pusat kehidupan dan kerukunan, seperti tempat
bermufakat dan melaksanakan berbagai upacara.
2. Sebagai
tempat tinggal bersama, rumah gadang mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri.
Setiap perempuan yang bersuami memperoleh sebuah kamar. Perempuan yang termuda memperoleh kamar yang terujung.
Pada gilirannya ia akan berpindah ke tengah jika seorang gadis memperoleh suami pula.
Setiap perempuan yang bersuami memperoleh sebuah kamar. Perempuan yang termuda memperoleh kamar yang terujung.
Pada gilirannya ia akan berpindah ke tengah jika seorang gadis memperoleh suami pula.
3. Sebagai
tempat bermufakatan, rumah gadang merupakan bangunan pusat dari seluruh anggota
kaum dalam membicarakan masalah mereka bersama.
4. Sebagai
tempat melaksanakan upacara, rumah gadang menjadi penting dalam meletakkan
tingkat martabat mereka pada tempat yang semestinya. Di sanalah dilakukan
penobatan penghulu.
5. Sebagai
tempat merawat keluarga, rumah gadang berperan pula sebagai rumah sakit setiap
laki-laki yang menjadi keluarga mereka.
Seorang laki-laki yang diperkirakan ajalnya akan sampai akan dibawa ke rumah gadang atau ke rumah tempat ia dilahirkan.
Seorang laki-laki yang diperkirakan ajalnya akan sampai akan dibawa ke rumah gadang atau ke rumah tempat ia dilahirkan.
Menurut
bentuk, ukuran, serta gaya kelarasan Rumah gadang mempunyai nama yang beraneka
ragam.
Menurut bentuknya, ia lazim pula disebut rumah adat, rumah gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang.
Menurut bentuknya, ia lazim pula disebut rumah adat, rumah gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang bergonjong runcing menjulang.
Jika
menurut ukurannya, ia tergantung pada jumlah lanjarnya. Lanjar ialah ruas
dari depan ke belakang.
Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). Umumnya lipek pandan memakai dua gonjong.
Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah yang berlanjar dua dinamakan lipek pandan (lipat pandan). Umumnya lipek pandan memakai dua gonjong.
Rumah
yang berlanjar tiga disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong
empat. Sedangkan yang berlanjar empat disebut gajah maharam (gajah terbenam).
Lazimnya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih.
Menurut
gaya kelarasan, rumah gadang aliran Koto Piliang disebut sitinjau lauik. Kedua
ujung rumah diberi beranjung, yakni sebuah ruangan kecil yang lantainya lebih
tinggi. Karena beranjung itu, ia disebut juga rumah baanjuang (rumah
barpanggung).
Sedangkan
rumah dan aliran Bodi Caniago lazimnya disebut rumah gadang. Bangunannya tidak
beranjung atau berserambi sebagai mana rumah dan aliran Koto Piliang, seperti
halnya yang terdapat di Luhak Agam dan Luhak Lima Puluh Koto.
Rumah
kaum yang tidak termasuk aliran keduanya, seperti yang tertera dalam kisah
Tambo bahwa ada kaum yang tidak di bawah pimpinan Datuk Ketumanggungan dan
Datuk Perpatih nan Sabatang, yakni dari aliran Datuk Nan Sakelap Dunia di
wilayah Lima Kaum, memakai hukumnya sendiri.
Jika
menurut gaya luhak, tiap luhak mempunyai gaya dengan namanya yang tersendiri.
Rumah gadang Luhak Tanah Datar dinamakan gajah maharam karena besarnya.
Sedangkan modelnya rumah baanjuang karena luhak itu menganut aliran Kelarasan
Koto Piliang.
Rumah gadang Luhak Agam dinamakan surambi papek (serambi pepat) yang bentuknya bagai dipepat pada kedua belah ujungnya.
Sedangkan rumah gadang Luhak Lima Puluh Koto dinamakan rajo babandiang (raja berbanding) yang bentuknya seperti rumah Luhak Tanah Datar yang tidak beranjung).
Rumah gadang Luhak Agam dinamakan surambi papek (serambi pepat) yang bentuknya bagai dipepat pada kedua belah ujungnya.
Sedangkan rumah gadang Luhak Lima Puluh Koto dinamakan rajo babandiang (raja berbanding) yang bentuknya seperti rumah Luhak Tanah Datar yang tidak beranjung).
Dari Berbagai Sumber
No comments:
Post a Comment