Terbang gede merupakan salah satu
kesenian tradisional Banten yang tumbuh dan berkembang pada waktu para penyebar
agama islam menyebarkan ajarannya di Banten, oleh karena itu kesenian terbang
gede berkembang secara pesat di lingkungan pesantren dan mesjid-mesjid.
Tari
Grebeg Terbang Gede , merupakan sebuah karya tari kreasi yang bercirikan
Tradisi, yang berpijak pada kesenian Terbang Gede dari Kota Serang,
yang dikolaborasikan dengan pencak silat khas Banten. Tarian ini
bertemakan tari Selamat Datang, sebagai bentuk ungkapan penyambutan
kehadiran tamu agung
Baca Juga :
Kesenian ini disebut terbang gede
karena salah satu instrumen musik utamanya adalah terbang besar (gede). Pada
awalnya kesenian terbang gede berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam,
namun kemudian berkembang sebagai upacara ritual seperti :ngarak panganten,
ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan.
Terbang gede dimainkan oleh beberapa
orang biasanya laki-laki yang telah lanjut usia terdiri atas Penabuh terbang
gede(besar) , penabuh sela, penabuh pengarak, penabuh kempul, penabuh koneng,
yang diiringi dengan sholawatan nabi dengan bahasa Arab ataupun jawa.
Kesenian ini dinamakan sesuai dengan
waditra yang digunakan yaitu terbang. Istilah terbang memiliki arti yang
variatif di antaranya adalah terbang merupakan waditra terrbuat dari kayu
yang melingkar berbentuk silinder berdiameter 40-60 cm dengan tinggi 10-15 cm,
bentuknya mirip rebana.
Bagian mukanya ditutup dengan kulit.
Istilah terbang pun diartikan ngapung, hal tersebut
dikarenakan ada anggapan sederhana bahwa karena Allah swt.berada di langit
ketujuh maka agar sampai ke sana harus terbang (iigapung).
Realisasinya disimbolkan dengan
menggunakan alat musik yang dinamakan genjring besar (terbang). Maksud simbol
tersebut berarti menghubungkan batiniah antara manusia dengan Allah swt yang
menguasai dan menciptakan alam beserta isinya.
A. Fungsi Kesenian
Kesenian Terbang Gede memiliki
fungsi sebagai sarana dakwah, hiburan, dan upacara ritual. Fungsi ritual
hanya digunakan oleh masyarakat yang masih mempercayainya, adapun fungsi
hiburan digunakan oleh masyarakat luas pada acara perkawinan, khitanan, dan
upacara kenegaraan.
Pada mulanya Kesenian Terbang Gede
digunakan dalam rangka penyebaran agama Islam, namun kemudian berkembang
menjadi upacara ritual seperti ruwatan rumah, syukuran bayi, dan hajat bumi.
Selain itu digunakan pula untuk upacara dan syukuran panen.
Dalam upacara ini digunakan sesajian
beserta macam-macam aturannya seperti tidak boleh hari Jumat (larangan poe dan
kala), tempatnya tidak boleh sembarangan misalnya harus di ruangan yang
dilengkapi sesajian.
B. Sejarah Perkembangan
Kesenian Terbang Gede merupakan
kesenian yang tumbuh dan berkembang pada masa penyebaran agama Islam Di
Banten. Pada waktu itu, agama Islam dipandang sebagai agama baru di
kalangan masyarakat.
Oleh karena itu untuk pendekatan
maka diciptakanlah alat musik Terbang Gede. Kesenian Rakyat ini dibawa oleh
seorang wali yang bernama syarif Hidayatullah dengan gelar Sunan Gunung Jati,
hidupnya menyebarkan agama Islam di Jawa Barat dan Banten dengan di Bantu oleh
murid-muridnya.
Pada tahun 1450-1500, sekitar abad
ke XV masyarakat Jawa Barat dan Banten masih beragama Hindu. Sunan Gunung Jati
mengutus lima orang dari Cirebon, yaitu Sacapati, Madapati,
Jayapati, Margapati, dan Wargakusumah untuk menyebarkan agama Islam, salah
satunya dengan cara pementasan kesenian meniru kesenian yang berkembang di
Tanah Makkah.
Kelima utusan kemudian membuat alat
musik genjring yang berasal dari potongan kayu mirip yang ada di Tanah Makkah.
Alat musik tersebut dinamakan Terbang. Kemudian dibuatlah lima buah terbang
sebagai symbol dari rukun Islam yakni Syahadat, Salat, Zakat, Puasa, Ibadah
haji.Karena merasa kurang sempurna, maka dibuatlah satu buah kendang besar
sebagai pelengkap.
Selanjutnya cucu Sunan Gunung Jati
yang bernama Maulana Yusuf pada tahun 1570-1580, dan oleh puteranya yang
bernama Abdulfathah (Sultan AgengTirtayasa), terbang ini dijadikan juga sebagai
alat penyebaran agama Islam.
Dan kesenian ini dapat diterima dan
tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat karena pada saat itu para pemain
tidak mengharapkan imbalan apa-apa selain berkah dan pahala dari Allah swt.
Kesenian
ini jadi santapan utama masyarakat Banten pada saat peringatan hari-hari besar
Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, Muharam, Ekahan, Muludan, dan Rajaban.
Dalam pertunjukan terbang ini terdapat lagu-lagu yang mengiringi seperti syair
solawat nabi pada saat Ekahan yaitu pada fase menggunting rambut dan acara
khitanan.
Syair
bila pada saat perkawinan yaitu ketika pengantin laki-laki memberikan kue
kepada pengantin perempuan. Syair fakam dilantunkan pada
saat Maulid Nabi Muhammad SAW.Syair turulare dibawakan pada
upacara pengiring pengantin, dan syair nabi dilantunkan pada
waktu ngaruwat rumah yang baru dibangun.
C.
Pakaian
Pakaian yang digunakan para pemain Kesenian Terbang Gede tergantung pada acaranya, misalnya dalam acara ritual menggunakan pakaian sehari-hari, adapun jika menghadapi perayaan Hari Kemerdekaan RI mereka menggunakan pakaian yang terdiri atas kampret warna putih, celana panjang warna gelap, ikat kepala dari kain leman, dan kain poleng setengah betis.
Pakaian yang digunakan para pemain Kesenian Terbang Gede tergantung pada acaranya, misalnya dalam acara ritual menggunakan pakaian sehari-hari, adapun jika menghadapi perayaan Hari Kemerdekaan RI mereka menggunakan pakaian yang terdiri atas kampret warna putih, celana panjang warna gelap, ikat kepala dari kain leman, dan kain poleng setengah betis.
Sumber
:
https://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2016/01/tarian-tradisional-banten.html
http://mamassejarah10.blogspot.co.id/2013/07/artikel-terbang-gede.html
http://binasenitariraksabudaya.blogspot.co.id/
No comments:
Post a Comment