Tarian
ini terinpirasi dari ritual sanghyang dan bagian-bagian cerita Ramayana.
Ritual
sanghyang sendiri merupakan tradisi tarian dimana penarinya berada dalam
kondisi tidak sadar dan melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur
kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Nama
Tari Kecak sendiri diambil kata “cak..cak..cak”
yang sering diteriakan para anggota yang mengelilingi para penari, Sehingga
tarian ini dikenal dengan nama Tari Kecak.
Dalam
pertunjukannya, tarian diawali dengan pembakaran dupa, lalu para rombongan pengiring memasuki panggung sambil
mengumandangkan kata “cak..cak.. cak”.
Kemudian
mereka membentuk sebuah barisan melingkar, yang di tengah-tengahnya digunakan
untuk menari.
Dalam
pertunjukan Tari Kecak ini penari memerankan lakon-lakon dalam cerita Ramayana,
seperti Rama, Shinta, Rahwana, dan
tokoh-tokoh lainnya.
Gerakan
dalam tarian ini tidak terlalu terpaku pada pakem, sehingga penari lebih luwes
dalam bergerak dan fokus pada jalan cerita saja.
Kadang-kadang
ada juga beberapa adegan lucu yang diperagakan para penarinya.
Selain
itu beberapa adegan yang atraktif juga ditampilkan seperti permainan api dan
atraksi lainnya.
Hal
inilah yang membuat Tari Kecak memiliki kesan sakral namun juga menghibur.
Tari
kecak adalah salah satu jenis kesenian tradisional dari Bali yang diciptakan
pada kisaran tahun 1930 oleh seorang penari sekaligus seniman dari Bali yakni
Wayan Limbak.
Tari
kecak di Bali terus mengalami perubahan dan perkembangan sejak tahun 1970-an.
Perkembangan
yang bisa dilihat adalah dari segi cerita dan pementasan.
Dari
segi cerita untuk pementasan tidak hanya berpatokan pada satu bagian dari
Ramayana tapi juga bagian bagian cerita yang lain dari Ramayana.
Kemudian
dari segi pementasan juga mulai mengalami perkembangan tidak hanya ditemui di
satu tempat seperti Desa Bona, Gianyar
Namun
juga desa desa yang lain di Bali mulai mengembangkan tari kecak sehingga di
seluruh Bali terdapat puluhan group kecak dimana anggotanya biasanya para
anggota banjar.
Dalam
perkembangannya pertunjukan tari yang juga menceritakan kisah pewayangan ini
dimainkan oleh laki-laki yang berjumlah tak terbatas.
Ada
kalanya disajikan oleh puluhan orang namun dalam acara tertentu ada pula yang
dipertunjukkan secara massal oleh ribuan penari.
Perkembangan tari kecak dari awal terciptanya hingga kini memang bisa dikatakan cukup membanggakan.
Perkembangan tari kecak dari awal terciptanya hingga kini memang bisa dikatakan cukup membanggakan.
Selain
antusias masyarakat Bali terhadap seni garapan Wayan Limbak ternyata para
wisatawan yang berkunjung ke Bali juga sangat tertarik dalam menyaksikan sebuah
pertunjukan gerak seni ini.
Tak
heran jika pemerintah daerah setempat menjadikan tari kecak sebagai salah satu
icon kesenian dan kebudayaan daerah.
The Monkey Dance juga diberikan sebagai sebutan tari tradisional Bali yang satu ini.
The Monkey Dance juga diberikan sebagai sebutan tari tradisional Bali yang satu ini.
Hal
ini diberikan karena salah satu adegan dalam pertunjukan tari tersebut
menggunakan properti api serta tokoh utama yang berperan sebagai kera/ Hanoman.
B. Fungsi Tari Kecak
Fungsitari kecak sebagai berikut :
1. Sarana
upacara – merupakan bagian dari tradisi yang ada dalam suatu kehidupan
masyarakat yang sifatnya turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya
sampai masa kini yang berfungsi sebagai ritual.
2. Sarana
hiburan – salah satu bentuk penciptaan tari ditujukan hanya untuk di tonton.
Tari ini memiliki tujuan hiburan pribadi lebih mementingkan kenikmatan dalam
menari.
3. Sarana
pertunjukkan – bentuk momunikasi sehingga ada penyampai pesan dan penerima
pesan.
Tari
ini lebih mementingkan bentuk estetika dari pada tujuannya. Tarian ini lebih
digarap sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
4. Sarana
pendidikan – tari yang digunakan untuk sarana pendidikan dengan mengajarkan di
sekolah-sekolah formal.
5. Usaha
melestarikan kebudayaan - Dalam tarian yang berawal dari upacara Sanghyang ini
juga terdapat kisah dan cerita yang tersirat dari awal hingga akhir
pertunjukan.
Cerita
pewayangan yang di angkat dalam sebuah gerakan tari merupakan inovasi baru
dalam usaha melestarikan kebudayaan Hindu khususnya dalam kisah Ramayana.
Dalam
pertunjukan Tari Kecak tidak menggunakan alat musik apapun.
Tari
Kecak ini hanya diiringi oleh suara teriakan anggota yang mengelilingi penari
dan suara kerincing yang diikatkan di
kaki para penarinya.
Untuk
anggota pengiring suara tersebut biasanya terdiri dari 50 orang atau lebih.
Dalam
anggota pengiring tersebut juga terdiri dari anggota yang bertugas sebagai,
pengatur nada, penembang solo, dan Dalang yang mengatur jalannya cerita.
D. Properti Tari Kecak
Tari kecak memiliki properti
khas yang menjadi ciri khasnya dalam sebuah pertunjukan kesenian tradisional.
Adapun properti yang biasa digunakan dalam pertunjukan antara lain sebagai
berikut:
1. Selendang
Selendang
atau kain yang dikenakan oleh para penari tari kecak memiliki corak kotak-kotak dengan warna hitam putih
menyerupai papan catur.
2. Gelang
kincringan
Properti
ini dikenakan baik pada pergelangan tangan dan sebagian juga pada pergelangan
kaki. Gelang kicringan ini yang menimbulkan bunyi gemerincing pada saat gerakan
tari dilakukan.
3. Tempat
sesaji
Adanya
tempat sesaji sebagai properti tari
kecak menjadikan tarian ini sangat unik dan terlihat sakral.
Terlebih
asal usul gerakan tari yang berasal dari sebuah upacara adat Sanghyang membuat
tarian ini juga terlihat mistis dikalangan para penonton.
4. Topeng
Minimal
terdapat 3 topeng yang dikenakan oleh penari utama yang berperan sebagai tokoh
Hanoman, Sugriwa, dan Rahwana pada cerita yang disajikan selama tarian
berlangsung.
Berbeda
dengan jenis seni pertunjukan Bali lainnya, Tari Kecak memiliki keunikan karena
tidak mengandalkan istrumen alat musik untuk mengiringi tarian, melainkan
paduan suara para penarinya.
Irama
bunyi “cak, cak, cak...” ditata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan suatu
paduan yang sangat harmonis, diselingi dengan beberapa aksen dan ucapan-ucapan
lainnya.
Para
penari yang membunyikan suara “cak, cak, cak...” tersebut biasanya bertelanjang
dada dan hanya mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur yang melingkari
pinggang mereka.
Sementara
tokoh Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman, maupun Sugriwa memakai pakaian seperti
umumnya pada pertunjukan ketoprak.
Dalam
tarian ini, ritme bebunyian yang diucapkan oleh para penari cukup menghadirkan
aura mistis bagi penonton.
Apalagi
setelah cerita Ramayana dalam tarian ini selesai dipentaskan, pertunjukan disambung
dengan tarian Sanghyang Dedari dan Sanghyang Jaran yang para penarinya diyakini
kemasukan roh halus, sehingga kebal ketika menari di atas bara api.
F. Cerita Dalam Tarian Tari
Kecak
Secara
garis besar terdapat 5 bagian cerita dalam Tari Kecak:
1. Bagian
1
Menceritakan
tentang keberadaan Rama dan Dewi Shinta di dalam hutan yang kemudian disusul
kemunculan kijang emas.
Dalam
akhir cerita bagian 1 ini Shinta berhasil diculik oleh Rahwana dan dibawa ke
Alengka yang menjadi kerajaan Rahwana.
2. Bagian
2
Pada
bagian kedua ini Dewi Shinta ditawan di lingkungan kerajaan Alengka dengan
dijaga Trijata yang merupakan keponakan dari Rahwana.
Dalam
adegan ini terlihat Shita bersedih hati akan peristiwa yang tengah menimpanya
serta sangat berharap kedatangan Rama membebaskan dirinya dari Rahwana.
Pada bagian ini pula Hanoman muncul sebagai utusan Rama dan mengisyaratkan kepada Dewi Shinta bahwa Rama akan datang dan menyelamatkan dirinya.
Pada bagian ini pula Hanoman muncul sebagai utusan Rama dan mengisyaratkan kepada Dewi Shinta bahwa Rama akan datang dan menyelamatkan dirinya.
Pada
akhir bagian kedua ini Hanoman mempora-porandakan bangunan keraton Alengka
dengan membakar beberapa bangunan keraton serta taman.
3. Bagian
3
Mengisahkan
tentang kedatangan Rama ke negeri Alengka dengan bala tentaranya untuk
membebaskan Dewi Shinta dari sekapan Rahwana.
Pada
awal pertempuran pihak Rama mengalami kekalahan melawan pasukan Rahwana.
Setelah
memanjatkan doa kepada Sang Dewa datanglah burung garuda menyelamatkan Rama
dari pengaruh sihir yang dilakukan oleh keturunan Rahwana.
4. Bagian
4
Pertempuran
antara Rama dan Rahwana kembali terjadi dan semakin seru. Pada bagian ini
Sugriwa yang diperintahkan Raja Rama berhasil mengalahkan Megananda.
5. Bagian
5
Merupakan
pucak dari pertunjukan tari kecak dimana
menceritakan tentang kemenangan Rama atas Rahwana sehingga berhasil menemukan
Dewi Shinta dan membebaskannya dari Rahwana.
Cerita
diakhiri dengan bertemunya kembali Rama dan Dewi Shinta serta beberapa pasukan
pihak Rama seperti Hanoman dan Sugriwa.
G. Tata Busana Tari Kecak
Dalam
pertunjukannya penari menggunakan kostum sesuai dengan lakon yang
diperankannya.
Kostum
ini hampir sama dengan Wayang Wong,
namun dengan gaya khas Bali.
Sedangkan
para pengiring biasanya hanya menggunakan celana hitam dan kain bermotif
kotak-kotak berwarna hitam putih.
Selain
itu beberapa aksesoris seperti bunga yang diselipkan di salah satu telinga
mereka.
H. Filosofi Tari Kecak
Adapun
nilai-nilai yang terkandung dalam Tari Kecak adalah :
1. Nilai Religius
Masyarakat
Bali mempercayai Tari Kecak sebagai salah satu tarian ritual memanggil dewi
untuk mengusir penyakit dan juga sebagai sarana pelindung dari kekuatan jahat.
Dalam
hal ini masyarakat Bali sangat mempercayai Dewinya untuk melindungi dirinya
dari ancaman-ancaman.
Dewi
yang biasanya dipanggil dalam ritual ini adalah Dewi Suprabha atau Tilotama.
2. Nilai Estetika
Dalam
sebuah karya seni pastilah mempunyai nilai estetika atau keindahan. Hal ini
dapat kita lihat dari gerakan penari Kecak, kekompakan semua penarinya.
Keselarasan
antara lagu dan gerakan yang terlihat sangat ritmis meskipun tanpa alat musik
apapun.
Di dalam perkembangannya Tari Kecak tidak hanya sebagai tarian suci atau sakral seperti di atas, akan tetapi juga menjadi sebuah drama tari pertunjukan yang menceritakan kisah Ramayana maupun Mahabarata.
Hal
ini tentunya juga berpengaruh pada nilai-nilai yang ingin disampaikan pada
penikmat Tari Kecak.
Filsafat hitam-putih yang ada dalam Epos Ramayana juga semakin memperjelas nilai-nilai yang terkandung dalam Tarian Kecak.
Filsafat hitam-putih yang ada dalam Epos Ramayana juga semakin memperjelas nilai-nilai yang terkandung dalam Tarian Kecak.
Karena
dalam Epos Ramayana diperlihatkan secara jelas antara yang baik dan yang buruk,
berbeda dengan Epos Mahabarata, yang merupakan filsafat abu-abu. Adapun
nilai-nilai yang terkandung adalah:
a. Nilai
religious
Nilai
religius terlihat jelas pada adegan tiga, dimana Rama memohon pertolongan pada
Dewata.
Hal
ini menunjukkan bahwa dalam cerita tersebut sangat mempercayai kekuatan Tuhan
untuk menolong dirinya.
Orang
Bali yang sangat menjaga nilai adat dan religi dalam tarian itu maka penari
perempuan haruslah memakai kemben (baju adapt Bali) bukan telanjang dada
seperti para penari prianya.
Jadi
penari perempuan belum pernah dipasang pada posisi pasukan kera.
b. Nilai moral
b. Nilai moral
Dalam
adegan-adegan Tari Kecak yang mengambil cerita Ramayana terdapat banyak sekali
nilai-nilai moral yang dihadirkan.
Seperti,
kesetiaan Shinta pada suaminya (Rama), kesetiaan Laksmana pada kakaknya.
Nilai
moral juga terlihat pada Burung Garuda yang ingin menolong Shinta dari
cengkeraman Rahwana sampai ia mengorbankan sayapnya.
Dalam
cerita tersebut Rahwana sebagai pemegang sifat buruk, tamak, serakah, dan
sebagainya ia bahkan mengambil apa yang bukan miliknya secara paksa.
Kesetiaan
juga terlihat pada adik kandung Rahwana yang bernama Kumbakarna, meskipun ia
tidak menyukai tindakan kakaknya akan tetapi ia tetap membantu kerajaannya
berperang melawan pasukan Rama sebagai bukti kesetiaannya pada negara.
c. Nilai estetika
c. Nilai estetika
Gerakan
Tari kecak yang sangat indah dan sangat khas dan unik menjadikannya sebagai
sebuah nilai estetika.
Selain
itu, unsur gerak dan bunyi yang menjadi ciri khas Tarian Kecak merupakan bagian
yang paling sederhana yang dilakukan secara seragam dan bersamaan sehingga
menjadi filosofi penting atas terjadinya persaudaraan yang universal.