Tari pendet merupakan salah satu tarian selamat datang yang paling tua di Pulau
Bali.
Menarikan
tarian ini sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual
masyarakat Hindu di Bali.
Para
ahli seni pertunjukan Bali, berdasarkan beberapa catatan yang ada, menyetujui
bahwa tahun 1950 adalah tahun kelahiran tari Pendet.
Tidak
hanya saat menyambut tamu-tamu penting, dalam setiap pertunjukan tari-tarian
Bali, tarian ini selalu dijadikan sebagian tarian pembuka.
Jenis tarian penyambutan ini dibawakan oleh sekelompok remaja putri yang masing-masing membawa mangkok perak yang berisi bunga warna-warni.
Jenis tarian penyambutan ini dibawakan oleh sekelompok remaja putri yang masing-masing membawa mangkok perak yang berisi bunga warna-warni.
Dan
pada bagian akhir tarian, para penari menaburkan bunga-bunga yang mereka bawa
ke arah penonton atau tamu yang disambut, sebagai ucapan selamat datang.
Pada awalnya, Tari Pendet dipakai sebagai pelengkap upacara piodalan di pura-pura atau tempat suci keluarga, sebagai lambang rasa syukur, hormat, dan sukacita saat menyambut kehadiran para dewata yang turun dari khayangan.
Penggagas tarian ini adalah dua seniman kelahiran desa Sumertha, Denpasar, yaitu I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng.
Pada awalnya, Tari Pendet dipakai sebagai pelengkap upacara piodalan di pura-pura atau tempat suci keluarga, sebagai lambang rasa syukur, hormat, dan sukacita saat menyambut kehadiran para dewata yang turun dari khayangan.
Penggagas tarian ini adalah dua seniman kelahiran desa Sumertha, Denpasar, yaitu I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng.
Keduanya
menciptakan tari Pendet penyambutan dengan empat orang penari yang dipentaskan
sebagai bagian dari pertunjukan kepariwisataan di sejumlah hotel yang ada di
Denpasar, Bali.
Dan
pada tahun 1961, I Wayan Beratha mengembangkan tarian ini dan menambah jumlah
penarinya menjadi lima orang, seperti yang sering ditampilkan sekarang.
Pada tahun 1962, I Wayan Beratha dan kawan-kawan kembali mengembangkan Tari Pendet yang ditarikan secara massal, jumlah penarinya tidak kurang dari 800 orang, dan ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.
Pada tahun 1962, I Wayan Beratha dan kawan-kawan kembali mengembangkan Tari Pendet yang ditarikan secara massal, jumlah penarinya tidak kurang dari 800 orang, dan ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games di Jakarta.
A. Sejarah Tari Pendet
Seperti yang dikutip dari ISI Denpasar, Lahirnya tari pendet
berawal dari ritual sakral Odalan di pura yang disebut dengan mamendet
atau mendet.
Mendet dimulai detelah pendeta mengumandangkan mantra dan
setelah pementasan topeng sidakarya.
Tari ini dipentaskan secara berpasangan atau secara masal
dengan membawa perlengkapan sesajen dan bunga.
Pendet disepakati lahir pada tahun 1950.
Tarian Pendet ini masih tetap mangandung aura
sakral-religius meskipun dipentaskan di sebuah acara non-keagamaan.
Pada tahun 1961, I Wayan Beratha memodifikasi Tari Pendet
hingga menjadi Tari Pendet yang sering kita saksikan sekarang.
Beliau juga menambah penari Pendet menjadi 5 orang.
Setahun kemudian, 1962 I Wayan Beratha dan kawan-kawan
menyajikan Tarian Pendet Masal yang ditarikan oleh 800 orang penari untuk
ditampilkan di Jakarta dalam acara pembukaan Asian Games.
Kemudian pada tahun 1967, Koreografer Tari Pendet Modern I
Wayan Rindi mengajarkan dan melestarikan tarian pendet kepada generasi-generasi
penerusnya.
Selain Pendet, beliau juga mengajarkan dan melestarikan tari
bali lainnya kepada keluarganya maupun lingkungan diluar keluarganya.
B. Fungsi Tari Pendet
Di
Bali, Seni Tari tradisional di bali menjadi 3 fungsi yang berbeda yakni tari
wali. tari bebali dan tari balih-balihan. Perbedaan diantara ketiganya yakni :
1. Tari
wali, sering juga disebut tari bali, merupakan kelompok tari-tarian yang
memiliki fungsi sebagai pengiring pelaksanaan upacara.
Jadi
tarian ini adalah tarian yang sakral dan wajib ada dalam upacara keagamaan yang
bersifat besar.
Contohnya
adalah Tari Rejang, Tari Sanghyang, Tari Baris Gede dan yang lainnya
2. Tari
Bebali, adalah tari yang memiliki fungsi sebagai penunjang jalnnya upacara.
Jadi
Tarian ini tidak wajib ada dalam sebuah upacara.
Contohnya
adalah : Tari Cendrawasih, Tari Belibis dan lain-lain.
3. Tari
Balih-Balihan, merupakan Tari Tradisional yang memiliki fungsi sebagai hiburan
atau tontonan.
Tarian
ini biasanya dipentaskan di sebuah acara-acara non keagamaan.
Contohnya
adalah Tari Janger, Joged dan lain-lain.
Tari
Pendet mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai Tari Wali dan juga Tari Balih-balihan.
Karena Tarian Pendet sering difungsikan sebagai Tarian
pengiring Upacara Keagamaan.
Namun seiiring perkembangan zaman, Tarian Pendet Lebih
sering lagi di pentaskan dalam acara-acara besar yakni sebagai tari penyambutan
tamu-tamu penting dalam sebuah acara.
Meskipun begitu, Tarian Pendet tidak kehilangan
kesakralannya dan tetap mengandung aura religius yang tinggi.
C. Pertunjukan
Tari Pendet
Dalam pertunjukannya, Tari Pendet dimainkan oleh para penari
wanita yang masing-masing membawa mangkok/bokor
berisi bermacam-macam bunga sebagai properti menarinya.
Pada akhir pertunjukan, penari menaburkan bunga-bunga yang
mereka bawa ke arah penonton dan para tamu sebagai ucapan selamat datang.
Penari tersebut menari dengan gerakan yang dinamis sesuai
dengan irama musik pengiringnya.
Musik pengiring dalam pertunjukan Tari Pendet ini merupakan
musik Gamelan khas Bali seperti gangsa, kenyur, tungguh, kendang dan
lain-lain.
D. Gerakan
Tari Pendet
Gerakan Tari Pendet ini merupakan gerakan tari yang sangat
komplit, karena gerakan tari tersebut hampir menggerakan semua bagian tubuh.
Mulai dari gerakan kaki, tangan, jari, badan, leher dan
gerakan ekpresif seperti gerakan mata dan mimik muka.
Untuk menarikan Tari Pendet ini tentunya membutuhkan
keluwesan dan kelincahan.
E. Kostum
Tari Pendet
Dalam pertunjukannya penari menggunakan busana dan tata rias
khas penari Bali.
Busana tersebut meliputi tapih,
kemben prade, sabuk stagen, sabuk prade, selendang yang dililitkan di badan
dan diletakan dipundak penari.
Pada bagian kepala, rambut di ikat dengan pusung gonjer kemudian di hias dengan bunga jepun, bunga kamboja, bunga mawar dan
jempaka.
Selain itu penari juga dipercantik dengan berbagai aksesoris
seperti gelang, kalung dan anting.
Sedangkan untuk tata rias penari biasanya lebih mempertajam
garis-garis muka supaya terlihat lebih jelas dan tidak lupa memakai subeng.
F. Pencipta
Tari Pendet (I Wayan Rindi)
Ia merupakan seorang gadis Bali yang dilahirkan pada 1917.
Di Banjar Lembah,
Denpasar, Wayan tumbuh sebagai seorang gadis yang cerdas dengan bakat yang
mengagumkan.
Sejak usia muda, ia
mengenal dan mempelajari sejumlah tarian tradisional. Bahkan, ia berguru kepada
beberapa maestro tari Bali seperti I Wayang Lotering, I Nyoman Kaler, serta I
Regog.
Walaupun
berasal dari keluarga yang sederhana, I Wayan Rindi menunjukkan bakat yang luar
biasa dalam tarian.
Ia
mulai dilirik oleh banyak orang sebagai penari yang unggul dengan potensi besar
yang dimilikinya.
Pendet
sendiri termasuk tarian paling tua diantara tarian sejenis di Pulau Bali, yang
diperkirakan lahir pada tahun 1950 silam.
Awalnya,
Tari Pendet bukanlah tarian yang digunakan sebagai tari pertunjukkan ataupun
tarian ucapan selamat datang.
Tarian
ini lebih sering menjadi pemujaan yang banyak diperagakan di pura.
Namun,
berkat gubahan dari I Wayan Rindi, tarian ini bisa dinikmati secara universal
tanpa meninggalkan nilai- nilai sakral, religius dan keindahan yang terkandung
dari tari tersebut.
Tari
Pendet lahir untuk memenuhi keinginan I Wayan Rindi melahirkan sebuah tarian
penyambutan untuk tamu.
Bersama
seorang temannya bernama Ni Ketut Reneng, Wayan membuat sebuah tarian dengan
mengambil pakem gerakan yang ada di Tarian Pendet Wali, termasuk roh tarian
tersebut.
Semuanya
mengikuti pakem Tari Pendet Wali.
Hanya
saja, mereka mengubah fungsinya sebagai tarian penyambut tamu dengan
menambahkan modifikasi gerakan yaitu pelemparan bunga ke arah tamu sebagai
penghormatan.
Modifikasi
tarian ini terus dilakukan, seiring dengan perkembangan dan fungsi Tari Pendet
sebagai penyambut tamu yang ternyata sangat menarik minat para wisatawan yang
berkunjung ke Bali.
Nama
Pendet pun dikenal banyak orang dan bahkan digunakan sebagai salah satu media
untuk mengenalkan Indonesia ke mata dunia.
I
Wayan Rindi menyaksikan perkembangan Tari Pendet gubahannya hanya sampai pada
tahun 1976.
Setelah
ratusan orang berhasil ia ajarkan makna dan gerakan tari, Ia meninggal dunia
pada tahun tersebut.
Walaupun
I Wayan Rindi tidak pernah mematenkan Tarian Pendet gubahannya itu, ia sudah
meninggalkan warisan yang begitu berharga bagi Bali maupun Indonesia di mata
dunia sampai saat ini.