Rumah adat papua disebut dengan rumah
honai. Honai
berasal dari dua kata, yaitu “Hun” yang artinya pria dewasa dan “Ai” yang
artinya rumah. Secara harfiah, honai berarti rumah laki-laki dewasa.
Bukan hanya laki-laki dewasa, kaum wanita juga mempunyai honai
hanya saja dalam pengistilahannya berbeda. Untuk kaum wanita, honai disebut “Ebei”. Seperti
halnya honai, Ebei terdiri dari dua kata, yakni “Ebe” atau tubuh dalam
pengertian kehadiran tubuh dan “Ai” yang berarti rumah.
Rumah honai mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Rumah Honai secara umum memiliki tinggi kurang lebih 2,5
meter.
2.
Bentuk atap Rumah Honai adalah bulat kerucut dan terbuat dari
jerami atau ilalang.
3.
Dinding rumah terbuat dari kayu yang di susun berdiri
memiliki satu pintu pendek dan tidak berjendela.
4.
Rumah Honai terdiri dari dua lantai, lantai pertama memiliki
fungsi sebagai ruang tamu sedangkan lantai kedua berfungsi sebagai kamar tidur.
B.
Struktur Rumah Honai
Rumah Honai terbuat dari kayu
dengan atapnya yang berbentuk kerucut terbuat dari jerami
atau ilalang. Honai
sengaja dibangun sempit atau kecil dan tidak berjendela dengan tujuan untuk menahan hawa
dingin pegunungan Papua.
Honai biasanya dibangun setinggi 2,5
meter dan pada bagian tengah rumah disiapkan tempat untuk membuat api unggun
untuk menghangatkan diri.
Rumah Honai terbagi dalam tiga tipe,
yaitu untuk kaum laki-laki (disebut
Honai), wanita (disebut
Ebei), dan kandang babi (disebut Wamai).
Rumah Honai biasa ditinggali oleh 5
hingga 10 orang. Rumah Honai dalam satu bangunan digunakan untuk tempat
beristirahat (tidur), bangunan lainnya untuk tempat makan bersama, dan bangunan
ketiga untuk kandang ternak.
Rumah Honai pada umumnya terbagi
menjadi dua tingkat. Lantai dasar dan lantai satu dihubungkan dengan tangga
dari kayu buah
kasuari. Honai khusus di huni oleh laki-laki dan tidak di perbolehkan wanita untuk
masuk apalagi tidur, sedangkan Ebei di huni oleh wanita dan di ijinkan
laki-laki untuk masuk dan tidur (khusus lantai satu).
Adapun fungsi rumah honai bagi
masyarakat papua, antara lain :
1.
Tempat Penyimpanan : Rumah Honai selain sebagai tempat tinggal
juga digunakan untuk tempat menyimpan peralatan berburu dan juga perang. Selain
itu, rumah honai
juga dijadikan tempat menyimpan beberapa barang yang merupakan simbol berharga menurut suku dan adat.
2.
Tempat Penggemblengan : Rumah Honai digunakan sebagai
tempat penggemblengan anak laki-laki hingga mereka bisa menjadi laki-laki
dewasa yang bisa melindungi dan memimpin suku. Pembelajaran tentang berperang
dan berburu pun juga penting, agar kelompok sukunya bisa senantiasa bertahan
hidup dan sejahtera.
3.
Tempat Menyusunan Strategi : Tak pelak lagi jika beberapa suku
yang tidak sependapat atau memiliki aturan masing-masing bisa saling bertikai
dan berperang. Rumah adat
Papua ini adalah tempat terbaik bagi suatu suku untuk menyusun
strategi perang yang efektif. Penyusunannya lebih melibatkan kaum laki-laki
yang tentunya sudah siap secara fisik dan mental untuk berperang dalam keadaan
siap ataupun terdesak.
Adapun peraturan yang berlaku bagi rumah honai,
antara lain :
1.
Rumah Honai Tidak Boleh Sembarangan Dibuat : Rumah honai hanya boleh dibangun oleh laki-laki saja. Sementara itu,
waktu pembangunan pun ditentukan secara spesifik dan harus diikuti. Hal tersebut dilakukan agar pembangunan Honai tak terhambat
oleh cuaca ataupun ancaman bencana alam.
2.
Rumah Honai Searah Dengan Matahari : Posisi rumah honai mesti searah dengan arah matahari terbit atau tenggelam. Arah tersebut dinilai dapat membuat penghuni Honai lebih
siaga jika ada kebakaran atau serangan musuh datang.
3.
Wanita Tidak Boleh Masuk
Honai : Kalangan wanita ternyata dilarang untuk dimasuki oleh wanita
suku Dani, sekalipun dia adalah istri dari salah satu pria penghuni Honai.
Larangan tersebut sifatnya mutlak dan tak boleh dilanggar. Hanya suami dan anak laki-laki dewasa saja yang diperkenankan
memasuki rumah adat Papua ini. Bisa jadi, fakta ini jarang diketahui oleh
banyak orang.
Adapun filosofi yang dimiliki rumah honai, antara
lain :
1.
Pemersatu Kelompok : Rumah Honai dengan bentuknya yang bulat
dan melingkar adalah sebuah bentuk yang menjadikan Suku di Papua dapat bersatu sama lain.
2.
Lambang Kesatuan : Rumah Honai juga menjadi dasar untuk
Suku di Papua agar
senantiasa sehati, setujuan, dan juga satu pemikiran dalam pekerjaan
sehari-hari.
3.
Status Harga Diri : Martabat dan harga diri juga merupaka suatu
hal yang penting dalam Suku. Dan Rumah Honailah yang menampilkan dan memperlihatkan
seperti apa martanbat kaum mereka.
Referensi :
Sumber Gambar : 99.co
No comments:
Post a Comment