Masyarakat Jawa Tengah
memiliki kebiasaan untuk menggunakan baju adat daerah tidak hanya pada
acara-acara tertentu saja tetapi pada kehidupan sehari-hari. Pada masyarakat di
Jawa Tengah, khususnya di Surakarta fungsi pakaian cukup beragam, seperti pada
masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi praktis, estetis, religius,
sosial dan simbolik.
Seperti kain kebaya fungsi
praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis,
yakni menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik; fungsi sosial
yakni belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah
menyerahkan kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi mungkin,
serta memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas.
Dalam kehidupan
sehari-hari, sebagian masyarakat Jawa Tengah masih nyaman menggunakan pakaian
daerah Jawa Tengah baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian dari mereka juga
menggunakan pakaian daerah Jawa Tengah namun tidak utuh, dalam artian hanya
sebagian yang dipakai misalnya untuk laki-laki hanya menggunakan penutup kepala
saja (Blankon).
A.
Baju Adat Pria Jawa Tengah
Pakaian adat untuk lelaki
Jawa Tengah disebut beskap.Pakaian tersebut dilengkapi dengan blankon di
kepala, jarik untuk bagian bawah dan diikat dengan stagen. Dan biasanya juga
dilengkapi dengan aksesoris berupa keris yang diselipkan di bagian belakang
punggung. Secara lengkap pakaian tradisional yang dikenakan oleh laki-laki di
Jawa Tengah dari atas sampai ke bawah terdiri dari :
1.
Udheng, yaitu ikat kepala. Sedangkan jenis udheng yang telah jadi
dan tinggal dipakai disebut dengan blankon.
2.
Kulambi, yaitu pakaian berupa baju. Dikenal baju tradisional
di Jawa Tengah yaitu Beskap dan Surjan. Namun dikalangan Keraton dikenal
beberapa jenis Kulambi yaitu Atellah, Beskap, Sikepan, Langenharjan, Beskap
Landhung dan Taqwa.
3.
Sinjang /Dodot. Sinjang atau juga disebut dengan
samping yaitu berupa kain batik panjang yang digunakan untuk menutupi badan
bagian bawah.
4.
Setagen adalah kain yang berfungsi untuk mengencangkan sinjang
yang menempel di pinggang,
5.
Sabuk. Dalam hal ini sabuk berfungsi untuk menutup stagen dan juga
mengencangkan fungsi stagen
6.
Epek Timang dan Lerep merupakan kain beludru dengan lebar
sekitar 5 cm dan panjang 120 - 150 cm yang digunakan dipinggang diluar sabuk.
7.
Dhuwung, yaitu berupa senjata berupa keris dan kerangkanya
8.
Cenela atau selop yaitu alas kaki berupa sendal selop
B.
Baju Adat Wanita Jawa
Tengah
Pakaian adat ini merupakan
pakaian yang umum dipakai oleh wanita Jawa
Tengah. Jenis busana dan aksesoris yang dipakai oleh wanita Jawa Tengah adalah
baju kebaya, kemben, dan kain tapih pinjung dengan stagen.
Busana adat Jawa Tengah
untuk wanita biasa disebut dengan "Wusana Kejawen" yang memiliki
lambang / arti tertentu. Busana Jawa Tengah untuk wanita yang resmi biasanya
terdiri dari baju kebaya, kemben / samping, dan kain tapih yang dikenal dengan
stagen. Selain itu wanita Jawa juga menggunakan sanggul dengan konde dikepala
serta alas kaki berupa selop.
Kebaya sebagai baju adat
Jawa Tengah digunakan oleh wanita baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat
biasa baik sebagai busana resmi maupun busana sehari-hari. Ketika digunakan
pada acara resmi seperti pada upacara adat yang dikenakan oleh kalangan
"garwo dalem" yaitu kebaya dengan peniti renteng, digabungkan dengan
kain sinjang atau kain batik, pada bagian kepala rambutnya digelung (disanggul)
dan dilengkapi aksesoris berupa subang, cincin, kalung, gelang serta kipas.
Ketika digunakan sebagai
busana sehari-hari, wanita Jawa Tengah biasanya hanya memakai kemben yang
dipadukan dengan stagen dan kain jarik. Kemben digunakan untuk menutupi bagian
dada wanita, ketiak dan punggung. Sedangkan stagen dililitkan di perut untuk
mengikat tapihan pinjung agar tidak mudah lepas.
Wanita Jawa mengenal dua
macam kebaya, yaitu kebaya pendek yang berukuran sampai pinggul dan kebaya
panjang yang berukuran sampai ke lutut. Kebaya pendek dapat dibuat dari
berbagai jenis bahan katun, baik yang polos dengan salah satu warna seperti
merah, putih, kuning, hijau, biru dan sebagainya maupun bahan katun yang
berbunga atau bersulam.
Saat ini, kebaya pendek
dapat dibuat dari bahan sutera, kain sunduri (brocade), nilon, lurik atau
bahan-bahan sintetis. Sedangkan, kebaya panjang lebih banyak menggunakan bahan
beludru, brokat, sutera yang berbunga maupun nilon yang bersulam.
Kalangan wanita di Jawa,
biasanya baju kebaya mereka diberi tambahan bahan berbentuk persegi panjang di
.bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung. Baju kebaya dipakai dengan
kain sinjang jarik/ tapih dimana pada bagian depan sebelah kiri dibuat wiron
(lipatan) yang dililitkan dari kiri ke kanan.
Untuk menutupi stagen
digunakan selendang pelangi dari tenun ikat celup yang berwarna cerah.
Selendang yang dipakai tersebut sebaiknya terbuat dari batik, kain lurik yang
serasi atau kain ikat celup. Selain kain lurik, dapat juga memakai kain
gabardine yang bercorak kotak-kotak halus dengan kombinasi warna sebagai
berikut: hijau tua dengan hitam, ungu dengan hitam, biru sedang dengan hitam,
kuning tua dengan hitam dan merah bata dengan hitam.
Kelengkapan perhiasannya
dapat dipakai yang sederhana berupa subang kecil dengan kalung dan liontin yang
serasi, cincin, gelang dan sepasang tusuk konde pada sanggul.Baju kebaya
panjang biasanya menggunakan bahan beludru, brokat, sutera maupun nilon yang
bersulam.
Dewasa ini, baju kebaya
panjang merupakan pakaian untuk upacara perkawinan. Dan umumnya digunakan juga
oleh mempelai wanita Sunda, Bali dan Madura. Panjang baju kebaya ini sampai ke
lutut, dapat pula memakai tambahan bahan di bagian muka akan tetapi tidak
berlengkung leher (krah). Pada umumnya kebaya panjang terbuat dari kain beludru
hitam atau merah tua, yang dihiasi pita emas di tepi pinggiran baju.
Kain jarik batik yang
berlipat (wiron) tetap diperlukan untuk pakaian ini, tetapi biasanya tanpa
memakai selendang. Sanggulnya dihiasi dengan untaian bunga melati dan tusuk
konde dari emas. Sedangkan, perhiasan yang dipakai juga sederhana, yaitu sebuah
sisir berbentuk hampir setengah lingkaran yang dipakai di sebelah depan pusat
kepala. Baju kebaya panjang yang dipakai sebagai busana upacara biasa, maka
tata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan tusuk konde.
Sumber :
Terimakasih atas kunjungannya
ReplyDelete