1.
Tari klasik Istana atau yang
dikenal dengan Mpa’a Asi
2.
Tarian Rakyat atau Mpa’a Ari
Mai Ba Asi
3.
Tarian Donggo : tarian yang dikreasi oleh
masyarakat Donggo dan ditujukkan untuk upacara-upacara Adat.
Pada
masa kejayaan kesultanan Bima, banyak sekali tarian dan kreasi seni yang
diciptakan.
Beberapa
diantara tarian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tari Oncer
Tari
Oncer adalah tarian khas suku sasak yang ada di daerah Lombok.
Tarian
Oncer diciptakan oleh Muhammad Tahir di desa Puyung, Lombok Tengah pada tahun
1960.
Tari Oncer merupakan tarian bersama yang dimainkan oleh 3 kelompok :
Tari Oncer merupakan tarian bersama yang dimainkan oleh 3 kelompok :
a.
Kelompok
penari kenceng yang terdiri dari 6 - 8 orang penari yang membaca kenceng,
b.
2 orang pembawa gendang
disebut penari gendang
c. 1
orang pembawa petuk yang disebut penari petuk.
Tari
oncer bisa ditarikan oleh laki-laki maupun perempuan, tetapi perannya
tetap laki-laki.
Tarian
Oncer terdiri atas tiga bagian :
a.
Yang pertama adalah gerak
tinduk : gerak melangkah yang
menggambarkan keberangkan ke medan perang, dalam gerakan ini gerak mengangkat
kaki yang ditonjolkan.
b.
Kedua adalah gerak bukaq
jebak, artinya membuka pintu.
c.
Gerakan ketiga adalah kadal
nengos (kadal yang menengok) : gerakan ini berarti suatu
tanda kewaspadaan terhadap musuh dengan selalu melihat ke kiri kekanan serta
kemuka dan belakang.
Jika
bagian pertama tarian diisi dengan cukup banyak gerakan, di bagian kedua dan
ketiga tidak seperti itu.
Di
bagian ketiga inilah dilukiskan kondisi setelah usai perang yang ditandai
dengan gerakan cempaka panclang (cempaka berguguran), keroton kombol (kembang
sepatu kuncup) dan sandal kebak (kembang sandal yang mekar).
Alat
musik yang digunakan adalah tetabuhan
Gendang Beleq, ceng-ceng, suling, rincik, gong, reong, dan gendang kecil.
Penyajian
dengan diawali masuknya 2 orang penari gendang sehingga menampakkan tarian ini
sangat gagah dan dinamis.
Kemudian
masuklah 4 hingga 6 penari oncer, sementara penari gendang mengambil posisi di
samping kanan kiri sebagai latar belakang.
Kemudian
penari Oncer mengambil posisi duduk sambil menyanyi lagu Pampang Paoq.
Diakhir
tarian, penari Oncer keluar diikuti para penari gendang.
2. Tari Lenggo
Tari
Lenggo salah satu tari tradisional dari Bima.
Pada
awalnya tari lenggo ini merupakan tarian klasik yang hanya ditampilkan
dilingkungan istana kerajaan Bima.
Tari Lenggo dapat dilakukan oleh penari pria dan penari wanita.
Tari Lenggo dapat dilakukan oleh penari pria dan penari wanita.
Apabila
ditarikan oleh penari wanita disebut dengan Tari Lenggo Mbojo.
Sedangkan
apabila ditarikan oleh para penari pria, disebut Tari Lenggo Melayu.
Para
penari baik pria maupun wanita mengenakan kostum berupa pakaian
tradisional Bima.
Tari
Lenggo yang pertama kali diciptakan adalah Tari Lenggo Melayu.
Tari
Lenggo Melayu ini diciptakan oleh seorang mubalig dari Sumatera barat bernama
Datuk Raja Lelo.
Tarian
ini awalnya diciptakan khusus untuk upacara adat Hanta Ua Pua yang
diselenggarakan di Bima.
Tari
Lenggo Melayu ini dibawakan oleh para penari pria, sehingga masyarakat Bima
menyebutnya Tari Lenggo Mone.
Terinspirasi
dari Tari Lenggo Melayu tersebut, Sultan Abdul Khair Sirajuddin kemudian
menciptakan sebuah tari yang dibawakan oleh penari putri yang dinamakan Tari
Lenggo Mbojo, atau disebut juga Tari Lenggo siwe.
Gerakan
dalam Tari Lenggo Mbojo ini merupakan hasil kreasi dan pengembangan dari Tari
Lenggo Melayu.
Tari
Lenggo Mbojo ini kemudian sering ditampilkan dalam acara adat Hanta Ua Pua,
yaitu upacara peringatan masuknya agama Islam di Bima.
Dalam pertunjukannya, Tari Lenggo di iringi oleh musik tradisional dari Bima, yaitu gendang besar(gendang na’e), silu (sejenis serunai), gong dan tawa-tawa.
Dalam pertunjukannya, Tari Lenggo di iringi oleh musik tradisional dari Bima, yaitu gendang besar(gendang na’e), silu (sejenis serunai), gong dan tawa-tawa.
Untuk
mengiringi Tari Lenggo ini biasanya diiringi dengan musik berirama lembut atau
pelan selaras dengan gerakan para penari.
Dalam perkembangannya, Tari Lenggo ini masih sering dipertunjukan sebagai bagian dari upacara Hanta Ua Pua.
Dalam perkembangannya, Tari Lenggo ini masih sering dipertunjukan sebagai bagian dari upacara Hanta Ua Pua.
Selain
itu, Tari Lenggo juga sering ditampilkan di berapa acara seperti penyambutan
tamu penting dan festival budaya.
Hal
ini dilakukan sebagai bagian dari usaha pelestarian dan memperkenalkan budaya dan
tradisi yang ada di Bima.
3. Tari Rudat
Tari
Rudat adalah tari tradisional yang berasal dari Suku Sasak yang bertempat tinggal
di Lombok.
Tari Rudat ditampilkan untuk menyambut tamu dan acara-acara resmi pemerintahan.
Tari Rudat ditampilkan untuk menyambut tamu dan acara-acara resmi pemerintahan.
Dalam
hal gerakan, tari rudat ini merupakan tari pencak silat.
Hal
ini dikarenakan dalam tarian rudat ini ada berbagai macam gerakan pencak silat
seperti memasang kuda-kuda, memukul, menendang dan menangkis.
Tari
Rudat berasal dari Turki dan menyebar ke Indonesia bersamaan dengan penyebaran
agama Islam.
Tari
Rudat masuk ke Indonesia abad ke 15 bersamaan dengan penyebaran agama islam di
Indonesia.
Pada
tahun 1987 sering dijumpai tari Rudat yang ditampilkan dipinggir jalan raya
mengiringi pengantin pria yang bejalan bersama rombongan menuju rumah mempelai
wanita.
Tari Rudat dibawakan oleh 13 orang penari lelaki dengan mengenakan pakaian ala prajurit.
Tari Rudat dibawakan oleh 13 orang penari lelaki dengan mengenakan pakaian ala prajurit.
Para
penari mengenakan baju berlengan panjang warna kuning, dan celana selutut
berwarna biru serta mengenakan kopiah panjang.
Para
penari Rudat dipimpin oleh seorang penari yang mengenakan mahkota dan membawa
pedang.
Tari Rudat diiringi musik melayu yang dimainkan dari alat - alat musik tradisional berupa rebana, mandolin, biola dan jidur.
Tari Rudat diiringi musik melayu yang dimainkan dari alat - alat musik tradisional berupa rebana, mandolin, biola dan jidur.
Pertunjukan
Tari Rudat terdiri dari pembukaan ucapan tabik (hormat/permisi) yang berbunyi:
Tabik tuan-tuan, tabik nona-nona, mulailah bermain di hadapan tuan-tuan melihat
keramaian, kemudian bershalawat (puji-pujian kepada Nabi) dan dilanjutkan
dengan penutup (permintaan maaf jika ada salah ucap dan tingkah saat menari)
Tari Rudat biasanya ditampilkan pada acara Maulid Nabi Muhammad, Isra Mi'raj, Khataman Alqur'an, Idul Fitri dan pada perayaan hari-hari besar agama Islam lainnya.
Tari Rudat biasanya ditampilkan pada acara Maulid Nabi Muhammad, Isra Mi'raj, Khataman Alqur'an, Idul Fitri dan pada perayaan hari-hari besar agama Islam lainnya.
4. Tari Sere
Tari
Sere pada jaman dahulu merupakan tari klasik Istana Bima.
Tari
Sere dari Bima ini diciptakan oleh Sultan Abdul Khair Sirajuddin.
Tari Sere dimainkan oleh dua orang perwira kesultanan, bersenjatakan tombak dan perisai.
Tari Sere dimainkan oleh dua orang perwira kesultanan, bersenjatakan tombak dan perisai.
Dengan
wajah perkasa serta keberanian yang membara, dua perwira melompat dan berlari
ke segala penjuru, bersenjatakan
tombak menyerang dan menangkis serangan musuh.
Sebagai
pancaran menghadapi musuh – musuh Dou Labo Dana (Rakyat dan Negeri).
Para
penari selalu melakukan gerakan melompat sambil berlari, oleh sebab itu tari
ini diberinama mpa’a sere, yang berarti melompat sambil berlari (sere).
Tari Sere diiringi musik tambu (tambur).
Tari Sere diiringi musik tambu (tambur).
Hingga
kini, Tari Sere masih tetap eksis, dan selalu digelar/dipertunjukkan pada saat
penyambutan tamu-tamu penting pada acara-acara Pemerintah maupun perayaan Hanta
Ua Pua.
5. Tari Gendang Beleq
Tari
Gendang Beleq adalah salah satu tarian dari Lombok, dinamakan demikian karena
memakai gendang yang sangat besar.
Kesenian Gendang Beleq sudah menjadi tradisi di Suku Sasak sejak lama dan merupakan kesenian peninggalan Kerajaan Selaparang Lombok yang menguasai sebagian wilayah pulau Lombok bagian timur pada zaman kerajaan Anak Agung.
Kesenian Gendang Beleq sudah menjadi tradisi di Suku Sasak sejak lama dan merupakan kesenian peninggalan Kerajaan Selaparang Lombok yang menguasai sebagian wilayah pulau Lombok bagian timur pada zaman kerajaan Anak Agung.
Disebut Gendang Beleq, karena menggunakan Gendang berukuran besar yang dalam
bahasa sasak disebut Beleq.
Kesenian
Gendang Beleq, awal masuknya di pulau Lombok, digunakan oleh para tokoh agama
untuk menyebarkan islam di daerah ini.
Saat
itu, kesenian ini dimainkan untuk mengumpulkan warga, yang akan diberikan
ceramah agama maupun kegiatan keagamaan lainnya.
Untuk
memainkan kesenian ini membutuhkan kekompakan dalam kelompok, sehingga harus
dimainkan secara utuh.
Musik
yang dimainkan, tari yang ditampilkan dalam kesenian Gendang Beleq,
menggambarkan jiwa satria masyarakat Suku Sasak Lombok dalam mempertahankan
daerahnya.
Pada zaman kerajaan Selaparang, biasanya tari Gendang Beleq dipentaskan untuk melepas prajurit ke medan perang.
Pada zaman kerajaan Selaparang, biasanya tari Gendang Beleq dipentaskan untuk melepas prajurit ke medan perang.
Tujuannya,
agar para prajurit yang akan berlaga di medan pertempuran tetap bersemangat dan
bergairah untuk membela daerahnya saat itu.
Demikian
juga setelah prajurit pulang dari medan pertempuran, disambut kesenian Gendang
Beleq di pintu masuk desa, sebagai rasa syukur atas perjuangan mereka.
Tradisi
Gendang beleq masih dilakukan hingga saat ini untuk menyambut tamu undangan.
6. Tari Gandrung Lombok
Tari
Gandung merupakan tarian rakyat yang berkembang ditiga daerah, yaitu
Banyuwangi, Bali dan Lombok.
Tari Gandrung dari ketiga daerah tersebut memiliki kemiripan, namun demikian masing-masing juga memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri.
Tari Gandrung dari ketiga daerah tersebut memiliki kemiripan, namun demikian masing-masing juga memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri.
Demikian
pula dengan tari gandrung lombok, Nusa Tenggara Barat.
Tari Gandrung terkenal dilingkungan masyarakat sasak sebagai tarian yang dilakukan oleh seorang wanita dengan iringan puisi (lelakaq), nyanyian (sandaran) dan seperangkat gamelan (sabarungan ).
Tari Gandrung terkenal dilingkungan masyarakat sasak sebagai tarian yang dilakukan oleh seorang wanita dengan iringan puisi (lelakaq), nyanyian (sandaran) dan seperangkat gamelan (sabarungan ).
Gandrung
menunjukan suka cita dan harapan bersama masyarakat sasak dan dipentaskan
sebagai sebuah ekpresi simbolis dari masyarakat sasak yang dilakukan dalam
perayaan desa setelah masa panen padi.
I Wayan Karyawirya menyatakan dalam tulisannya Tari Gandrung Lombok (1993/1994) bahwa tari gandrung berasal dari Banyuwangi, kemudian menyebar lewat Bali dan akhirnya sampai di Lombok.
I Wayan Karyawirya menyatakan dalam tulisannya Tari Gandrung Lombok (1993/1994) bahwa tari gandrung berasal dari Banyuwangi, kemudian menyebar lewat Bali dan akhirnya sampai di Lombok.
Tari
Gandrung Lombok dimainkan oleh dua orang penari wanita, biasanya dilakukan pada
malam hari bertepatan dengan paska panen padi.
Para
penari Gandrung Lombok mengenakan pakaian khusus tarian yang terdiri dari
beberapa unsur yaitu :
a. Gegelung
b. Gempolan
c. Bapang
d. Stagen
dan seret
e. Elaq
elaq
f. Gonjer
/ Gegonjer
No comments:
Post a Comment