Rumah
Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekadar ungkapan
legendaris kehidupan nenek moyang
Melainkan
juga suatu pernyataan secara utuh dan konkret tentang tata pamong desa,
organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan
Sistem
nilai budaya yang dihasilkan dari proses kehidupan rumah panjang
Menyangkut
soal makna dari hidup manusia; makna dari pekerjaan; karya dan amal perbuatan;
persepsi mengenai waktu; hubungan manusia dengan alam sekitar; soal hubungan
dengan sesama.
Dapat
dikatakan bahwa rumah betang memberikan makna tersendiri bagi masyarakat Dayak.
Rumah
betang adalah pusat kebudayaan mereka karena disanalah seluruh kegiatan dan
segala proses kehidupan berjalan dari waktu ke waktu.
Rumah
betang memang bukan sebuah hunian mewah dengan aneka perabotan canggih seperti
yang diidamkan oleh masyarakat modern saat ini.
Rumah
betang cukuplah dilukiskan sebagai sebuah hunian yang sederhana dengan
perabotan seadanya.
Namun,
dibalik kesederhanaan itu, rumah betang menyimpan sekian banyak makna dan sarat
akan nilai-nilai kehidupan yang unggul.
Tak
dapat dimungkiri bahwa rumah telah menjadi simbol yang kukuh dari kehidupan
komunal masyarakat Dayak.
Dengan
mendiami rumah betang dan menjalani segala proses kehidupan di tempat tersebut
Masyarakat
Dayak menunjukkan bahwa mereka juga memiliki naluri untuk selalu hidup bersama
dan berdampingan dengan warga masyarakat lainnya.
Mereka
mencintai kedamaian dalam komunitas yang harmonis sehingga mereka berusaha
keras untuk mempertahankan tradisi rumah betang ini.
Harapan
ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan setiap
kepentingannya dengan kepentingan bersama.
Kesadaran
tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis
Yang
menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup
yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.
Rumah
betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan
tradisional warga masyarakat
Apabila
diamati secara lebih saksama, kegiatan di rumah panjang menyerupai suatu proses
pendidikan tradisional yang bersifat non-formal. Rumah betang menjadi tempat
dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat Dayak untuk membina
keakraban satu sama lain.
Di
tempat inilah mereka mulai berbincang-bincang untuk saling bertukar pikiran
mengenai berbagai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan satu sama lain.
Hal
seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar untuk dilakukan, meskipun pada malam
hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun, sebab mereka berada di bawah
satu atap.
Demikianlah
pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan kepada
generasi penerus.
Dalam
suasana kehidupan rumah panjang, setiap warga selalu dengan sukarela dan
terbuka terhadap warga lainnya
Dalam
memberikan petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan sesuatu.
Kesempatan
seperti itu juga terbuka bagi kelompok dari luar rumah panjang.
Rumah adat Kalimantan Tengah disebut dengan Rumah Betang.
Rumah
betang dibangun memanjang dengan type bangunan yang kokoh dibuat dari kayu yang
berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin
Selain
memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun, kayu ini juga
anti rayap.
Rumah
betang dibuat panggung untuk melindungi penghuninya seperti menghindari musuh
yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang
datang melanda.
A. Ciri-Ciri Rumah Betang
ciri-ciri
rumah betang antara lain :
1) Berbentuk
panggung dan memanjang
2) Panjang
rumah betang berkisar antara 30 - 50 m
3) Lebar
rumah betang berkisar antara 10 - 30 m
4) Tinggi
tiang rumah betang 3 - 5 m
5) Rumah
betang dihuni oleh 100 - 150 jiwa.
B. Bagian – Bagian Rumah Betang
Berdasarkan
kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan ruang pada Rumah Betang yaitu:
1) Pusat
Pusat
atau poros bangunan rumah betang tempat orang berkumpul melakukan berbagai
macam kegiatan
Baik
itu kegiatan keagaman, sosial masyarakat dan lain-lain
Maka
ruang poros harus berada ditengah
bangunan.
2) Ruang tidur
Ruang
tidur pada rumah betang harus disusun berjajar sepanjang bangunan Betang.
Peletakan
ruang tidur anak dan orang tua ada ketentuan tertentu
Ruang
tidur orang tua harus berada paling ujung dari aliran sungai
Dan
ruang tidur anak bungsu harus berada pada paling ujung hilir aliran sungai
Jadi
ruang tidur orang tua dan anak bungsu tidak boleh diapit
Dan
apabila itu dilanggar akan mendapat petaka bagi seisi rumah.
3) Dapur
Bagian
dapur pada rumah betang harus menghadap aliran sungai, menurut mitos supaya
mendapat rezeki.
4) Tangga / Hejot
Tangga
dalam ruangan rumah adat Betang harus berjumlah ganjil, tetapi umumnya
berjumlah 3
aitu
berada di ujung kiri dan kanan, satu lagi di depan sebagai penanda atau
ungkapan rasa solidaritas
Semakin
besar ukuran rumah maka semakin banyak tangga.
5) Pante
Pante
adalah lantai tempat menjemur padi, pakaian, untuk mengadakan upacara adat
lainnya.
Posisinya
berada didepan bagian luar atap yeng menjorok ke luar.
Lantai
pante terbuat dari bahan bambu, belahan batang pinang, kayu bulatan sebesar
pergelangan tangan atau dari batang papan.
6) Serambi
Serambi
adalah pintu masuk rumah setelah melewati pante yang jumlahnya sesuai dengan
jumlah kepala keluarga.
Di
depan serambi ini apabila ada upacara adat kampung dipasang tanda khusus
Sebatang
bambu yang kulitnya diarit halus menyerupai jumbai-jumbai ruas demi ruas.
7) Sami
Sami
berfungsi ruang tamu sebagai tempat menyelenggarakan kegiatan warga yang
memerlukan.
8) Jungkar
Tidak
seperti ruangan yang pada umumnya harus ada.
Jungkar
hanyalah sebagai ruang tambahan di
bagian belakang bilik keluarga masing-masing
Yang
atapnya menyambung dengan atap
rumah panjang
Atau
adakalanya bumbung atap berdiri sendiri tapi masih merupakan bagian dari rumah
panjang.
Jungkar
ditempatkan di tangga masuk atau keluar bagi satu keluarga
Agar
tidak mengganggu tamu yang sedang bertandang.
Jungkar
yang atapnya menyambung pada atap rumah panjang
Dibuatkan
ventilasi pada atap yang terbuka dengan ditopang/disanggah kayu
Yang
sewaktu hujan atau malam hari dapat ditutup kembali.
C. Jenis-Jenis Rumah
Betang
Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan budaya
tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan.
Kiranya
perlu diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak
dapat mempertahankan rumah betang mereka.
Masyarakat
Dayak memiliki naluri untuk selalu hidup bersama secara berdampingan dengan
alam dan warga masyarakat lainnya.
Mereka
gemar hidup damai dalam komunitas yang harmonis sehingga berusaha terus
bertahan dengan pola kehidupan rumah betang.
Harapan
ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan kepentingannya
dengan kepentingan bersama.
Kesadaran
tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis
Yang
menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup
yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.
Dengan
mempertahankan rumah betang, masyarakat Dayak tidak menolak perubahan, baik
dari dalam maupun dari luar
Terutama
perubahan yang menguntungkan dan sesuai dengan kebutuhan rohaniah dan jasmaniah
mereka.
Pola
permukiman rumah betang erat hubungannya dengan sumber-sumber makanan yang
disediakan oleh alam sekitarnya
Seperti
lahan untuk berladang, sungai yang banyak ikan, dan hutan-hutan yang dihuni
binatang buruan.
Namun
dewasa ini, ketergantungan pada alam secara bertahap sudah mulai berkurang.
Masyarakat
Dayak telah mulai mengenal perkebunan dan peternakan.
Rumah
betang menggambarkan keakraban hubungan dalam keluarga dan pada masyarakat.
Ada
7 rumah adat Kalimantan Tengah diantaranya
ialah sebagai berikut :
1. Rumah Betang Muara Mea
Rumah
Betang Muara Mea ini letaknya tepat berada di Gunung Purei, Kabupaten Barito
Utara, Kalimantan Tengah.
Ternyata rumah ini dibangun oleh pemerintah sebagai bentuk melestarikan budaya yang ada didaerah tersebut.
Ternyata rumah ini dibangun oleh pemerintah sebagai bentuk melestarikan budaya yang ada didaerah tersebut.
Sekarang
ini dijadikan sebagai sebuah destinasi wisata di Desa Muara Mea.
Lokasinya
sangat dekat dengan Taman Nasional Gunung Lumut.
Rumah
ini awalnya memang sangat sederhana tapi nilai budaya masih sangat asri dan
patut untuk dilestarikan.
2. Rumah Betang Tambaba
Masih
dalam lingkup wilayah Barito Utara, terdapat pula rumah Betang Tambaba.
Bahan yang dipakai dalam membuat rumah betang masih alami dari kayu ulin.
Bahan yang dipakai dalam membuat rumah betang masih alami dari kayu ulin.
Stuktur
rumah ini masih menggunakan kayu ulin.
Berbagai
tempat yang ada di dalamnya masih sama seperti dahulu.
Di
mana mempunyai fungsi yang berbeda sesuai dengan adat istiadat dari masyarakat
Dayak.
Rumah
Betang Tambaba menjadi salah satu cagar budaya di Kalimantan Tengah.
3. Betang Toyoi
Untuk
sampai ke rumah Betang Toyoi ini harus menempuh perjalanan di jalanan yang
tanpa aspal dan berdebu.
Barulah kemudian sampai ke desa Tumbang Malahoi.
Barulah kemudian sampai ke desa Tumbang Malahoi.
Sampai
disana akan disambut dengan upacara adat yang bernama Tapung Tawar.
Hal ini harus dilakukan karena dipercaya bisa
mengusir roh jahat sebelum masuk ke Rumah Betang.
Rumah Betang yang terdapat di desa tersebut di namai
Toyoi karena pendiri rumah Betang bernama Toyoi Panji.
Tidak
tahu pastinya kapan rumah ini dibangun.
Akan
tetapi usai kayu ulin yang merupakan bahan pembuat rumah Betang bisa mencapai
usia 150 tahun.
Meskipun,
rumah Betang Toyoi mengalami pemugaran akan tetapi keaslian dari rumah tersebut
masih sangat dijaga.
Di
dalamnya masih menggunakan kayu Ulin sebagai bahan utama. Kemudian dibagikan
luarnya dilapisi dengan kulit kayu.
Hal
menarik yang bisa ditemukan di tempat ialah bentuk tiang yang bulat persegi.
Masih
menjadi pertanyaan bagiamana orang bisa membentuknya dengan alat yang
sederhana.
Rumah
sama sekali tidak menggunakan paku dan masih bisa kokoh sampai sekarang.
4. Rumah Betang Damang Batu
Rumah
Betang ini terletak di wilayah desa Tumbang Anoi.
Tepat
berada di kecamatan Kahayan Hulu Utara, Gunung Mas.
Rumah Betang Damang Batu ini mempunyai karakteristik seperti halnya rumah Betang lainnya.
Rumah Betang Damang Batu ini mempunyai karakteristik seperti halnya rumah Betang lainnya.
Di
mana rumah menghadap ke sungai Kahayan.
Rumah
ini bedasarkan beberapa sumber dibangun oleh Tamanggung Runjan yang merupakan
penduduk Tewah pada 1868.
5. Rumah Betang Desa Tumbang Bokoi
Sangat
jarang ditemukan rumah betang yang merupakan tempat tinggal asli suku Dayak
yang masih asli.
Banyak rumah betang yang ditemukan merupakan bangunan yang sudah dipugar atau dibangun kembali
Banyak rumah betang yang ditemukan merupakan bangunan yang sudah dipugar atau dibangun kembali
Termasuk
Rumah Betang yang ada di desa Tumbang Bukoi tepat wilayah Mandau Talawang.
Walaupun
demikian, rumah Tumbang Bukoi masih dibangun dan disesuaikan dengan rumah
betang aslinya.
Masih
dibuat dengan menggunakan kayu ulin sebagai bahan utama.
Hal
ini guna memberikan pengetahuan kepada para pengunjung
Agar
mengetahui bahwa rumah betang ini merupakan sebuah ciri dari suku dayak yang hidup secara komunal.
Berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat suku Dayak pusatnya di rumah betang
ini.
6. Rumah Betang Sei Pasah
Sama
seperti namanya Rumah Betang ini letaknya berada di Desa Sei Pasah, Kapuas
Hilir, Kapuas, Kalimantan Tengah.
Letaknya tepat di tepi Sungai Kapuas Murung, hanya kisaran 200 meter saja.
Letaknya tepat di tepi Sungai Kapuas Murung, hanya kisaran 200 meter saja.
Sebetulnya
ini bisa dibilang merupakan rumah yang lama yang telah dibangun atau dipugar
kembali.
Sebab
rumah yang sebelumnya sudah berada terlebih dahulu hanya menyisakan tiang.
Rumah
Betang ini awalnya milik dari Talining E Toepak.
Sayangnya
dalam pembangunan rumah ini mengalami keterbatasan bahan baku berupa kayu ulin
(kayu besi).
Akan
tetapi dengan segala hal akhirnya rumah ini berhasil berdiri
Suasana
yang diberikan dari rumah ini bisa dibilang sangatlah modern. Namun, masih bisa
merasakan suasana Suku Dayak kala tinggal di rumah betang.
Di
belakang rumah juga terdapat kuburan atau sanding.
Ini
merupakan kepercayaan dari agama Kaharingan, di mana tulang dikumpulkan dan
ditaruh di sadung.
Terdapat
pula patung penjaga yang seperti sebuah ucapan selamat datang.
Kini
Rumah Betang Sei Pasah telah dijadikan sebagai sebuah museum
Tempat
menyimpan berbagai benda adat dan bersejarah dari suku asli Kalimantan (dayak).
7. Rumah Betang Pasir Panjang
Berdasarkan
letak geografis, rumah betang Pasir Panjang ini terletak di daerah Pangkalan
Bun
Yang menjadi ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat.
Yang menjadi ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat.
Mudah
sekali menemukan rumah Betang di wilayah tersebut
Karena
memang kebanyakan masyarakat yang tinggal di desa tersebut merupakan masyarakat
Dayak.
Tradisi
dari leluhur masih dipegang erat dan menjadi salah satu yang terus dilestarikan
bahkan sampai sekarang.
Hampir
3000 orang suku Dayak yang tinggal di tempat tersebut.
Kalau
berkunjung ke tempat tersebut akan disambut dengan baik.
Bahkan
akan disuguhkan dengan adat dan budaya khas dari mayarakat dayak.
Mulai
dari upacara adat, kesenian, bahkan sampai tari-tarian masih sering dilakukan
oleh masyarakat Pasir Panjang.
Jika
melihat rumah betang yang ada di tempat tersebut
Maka
bisa menyaksikan rumah yang masih alami.
Rumah
yang masih asli mulai dari bahan yang digunakan, sampai pada struktur yang
terdapat di dalam rumah betang.
Hal
yang sangat jarang ditemukan
Karena
memang Rumah Betang Kalimantan Tengah banyak yang sudah mengalami pemugaran.
Mengenal Indonesia merupakan bagian penting agar bisa saling cinta pada budaya sendiri. Terima kasih atas informasinya
ReplyDelete