Menjalani rutinitas sehari-hari sering membuat kita penat, oleh karena itu
kita perlu refreshing. Salah satu kegiatan refreshing adalah berwisata.
Diantara jenis wisata yang ada, wisata budaya layak dicoba sesekali apalagi
pergi wisatanya bersama keluarga.
Wisata budaya adalah kegiatan wisata yang bertujuan mempelajari budaya di suatu daerah tertentu. Wisata budaya memiliki jenis yang beragam
diantaranya :
·
Wisata religi : mengunjungi tempat-tempat yang
memberikan makna spiritual.
·
Wisata edukasi : mengunjungi suatu objek wisata dengan
tujuan untuk mempelajari sesuatu dari objek wisata tersebut.
·
Wisata sejarah : mengunjungi suatu objek wisata dengan
tujuan untuk mengetahui sejarah atau melihat benda-benda bersejarah dan
mempelajari masa lalu dari objek wisata tersebut.
·
Wisata kota : mengunjungi kota lain dan
menyusuri kota tersebut sambil mempelajari budaya baru yang berbeda dengan
daerah domisili mereka.
·
Wisata adat : mengunjungi objek wisata adat dengan
tujuan untuk mengetahui pola, potensi, arsitektur, serta kebiasaan masyarakat
adat dari sebuah daerah.
·
Wisata seni : mengunjungi sebuah objek wisata yang
memiliki kesenian tinggi, baik seni pertunjukan maupun seni rupa.
Banyak
manfaat yang akan kita dapatkan dari wisata budaya, antara lain :
1. Melestarikan Budaya
Dengan
melakukan wisata budaya kita turut ambil bagian dalam usaha pelestarian
budaya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Kehadiran kita ke sebuah objek wisata
budaya sudah merupakan salah satu upaya yang baik untuk terus melestarikan
budaya yang ada. Hal ini akan membantu bangsa untuk mewariskan budayanya secara
turun temurun.
2. Menambah Wawasan Kebudayaan
Ketika kita
datang ke sebuah objek wisata budaya bisa menambah wawasan kita mengenai
kebudayaan sebuah daerah atau wilayah secara langsung.
3. Mempelajari Sejarah
Salah
satu jenis wisata budaya adalah wisata sejarah. Wisata sejarah akan memberikan kesempatan
bagi kita untuk mempelajari sejarah negeri ini.
4. Memupuk Rasa Cinta Tanah Air
Ada pepatah yang mengatakan bahwa tak
kenal maka tak sayang. Demikian juga dengan budaya bangsa. Jika kita tidak kenal, mana mungkin
rasa cinta pada budaya bisa meningkat. Sebaliknya, jika kita mengenal budaya bangsa, maka
rasa cinta pada tanah air itu akan meningkat.
5. Memperkokoh Jadi
Diri
Budaya
bangsa merupakan jati diri bangsa. Wisata
budaya salah satu jembatan bagi kita untuk bisa memperkokoh jati diri bangsa.
Mengenal Sumedang Melalui Wisata Budaya
Sumedang adalah ibu kota dari Kabupaten Sumedang,
dari kota Bandung jaraknya kurang lebih 45 km. Bagi yang pertama kali ke Sumedang , untuk
mengenal Sumedang bisa dilakukan dengan cara wisata budaya. Berikut ini 7 objek
wisata budaya yang akan memperkenalkan kita dengan Sumedang.
Kampung Cimanglid berada di Desa Pasir
Biru, Kecamatan Rancakalong. Di kampung ini pengunjung bisa menyaksikan kebudayaan memanah yang
disebut Manahan Kasumedangan. Kebudayaan memanah tersebut merupakan
warisan dari kerajaan Sumedang Larang.
Pertandingan manahan Kasumedangan diawali
dengan musik dan tari. Seluruh peserta ikut menari (ngibing) yang diiringi alunan angklung jengklung. Tampak
kegembiraan dengan canda dan tawa, tidak
tampak aroma persaingan di antara mereka.
Selepas musik dan tari masuk
ke acara seremonial. Dua pembina
menyerahkan panah pusaka peninggalan kerajaan Sumedang Larang kepada sesepuh
Sumedang Larang (Pupuhu). Panah pusaka (panah Kabuyutan) itu menjadi simbol kehadiran leluhur
pada pertandingan manahan
Kasumedangan.
Kedua panah pusaka ditancapkan di atas hiasan dari janur lalu Pupuhu memberikan kata sambutan. Dalam
kata sambutannya Pupuhu menerangkan
bahwa inti panahan adalah manah, dalam bahasa Sunda berarti hati. Hal ini bermakna bahwa memanah harus dilakukan dengan hati bersih.
Selesai kata sambutan dari Pupuhu selubung
yang menutupi target atau sasaran dibuka. Sasaran yang akan dibidik oleh peserta berupa patung Dasamuka dengan 50 meter dari tempat para peserta.
Diambilnya Dasamuka sebagai sasaran
bermakna membinasakan orang-orang yang berwajah dan berkepribadian
banyak. Sasaran tersebut memiliki
nilai-nilai, berdasarkan dari tingkat kesulitan membidiknya. Kepala memiliki nilai
tertinggi, yaitu sembilan, dada nilai tujuh, perut nilai lima, bagian tubuh
lainnya dinilai satu. Peserta yang paling banyak mengumpulkan nilai, dialah juaranya.
2.
Kampung Cigumentong
Kampung Cigumentong berada di dalam kawasan hutan konservasi Gunung
Kareumbi. Untuk sampai di kampung ini harus
melalui kawasan hutan Gunung Kareumbi dengan jarak sekitar 2 km. Medan yang dilalui menuju kampung ini tanah
bercampur batu kerikil oleh karena itu hanya kendaraan roda dua yang bisa digunakan
untuk menjangkau kampung ini.
Di Kampung Cigumentong pengunjung akan menemukan rumah penduduk yang berarsitektur rumah adat panggung. Di kampung ini juga setiap tahun selalu diadakan pesta panen yang disatukan dengan hajat
buruan.
Kebiasaan berkebun warga di kampung ini tergolong unik karena warga di sini
berkebun menggunakan bahan-bahan organik.
Tidak ada yang menggunakan pupuk anorganik dan pembasmi hama pestisida.
Letaknya yang terpencil di tengah
hutan menyebabkan Kampung Cigumentong belum terjangkau oleh jaringan listrik PLN. Untuk penerangan warga menggunakan listrik
yang bersumber dari mesin pembangkit
listrik Mikrohidro bantuan pemerintah.
Karena menggunakan tenaga air mesin akan beroperasi jika debit airnya
mencukupi dengan kapasitas listrik yang dihasilkan sebesar 300 Watt. Selain itu
setipa warga juga memiliki pembangkit listrik tenaga surya di rumahnya.
3.
Kampung Ladang
Kampung Ladang berada di puncak bukit
Pasir Peti sebelah barat daya kota Sumedang. Hanya berjarak 3 km dari Alun-alun
Sumedang,
memudahkan pengunjung untuk bisa sampai di kampung ini. Untuk sampai di kampung ini melewati jalan utama
yang menuju ke arah Bandung, tepat di pertigaan yang masuk ke SMP 7 Sumedang,
belok ke kiri searah dengan jalan ke SMP 7 Sumedang. Dengan menyusuri jalan menanjak sekitar 1 km, pengunjung akan sampai di kampung ini.
Dari Kampung Ladang pengunjung bisa menyaksikan pemandangan panorama alam yang indah terhampar luas di sebelah utara. Dari sini juga pengunjung bisa melihat
pemandangan kota Sumedang dan pegunungan seperti Gunung Tampomas dan Gunung
Ciremai yang berada di luar Sumedang.
Kampung Ladang menyajikan konsep wisata memperkenalkan budaya pertanian Sunda/Sumedang dan tradisi serta
seni yang semakin lama terkikis oleh budaya impor. Dengan bermotokan Kearifan
Lokal di tengah Budaya Global, yang memiliki arti: kemajuan teknologi dan
informasi dengan tidak melupakan unsur-unsur budaya dan tradisi sehingga kita
tidak mengubah jati diri sebagai bangsa yang arif dan berbudaya.
Didukung dengan berbagai fasilitas yang tersedia seperti lapangan
yang luas, tempat parkir, tempat bermain yang menyenangkan dan sebagainya,
menjadikan Kampung Ladang cocok untuk dijadikan tempat wisata keluarga.
Banyak obyek wisata yang bisa dinikmati di Kampung Ladang ini diantaranya wisata
budaya, wisata desa, outbond dan dapur hawu. Di Kampung Ladang ini pengunjung bisa menikmati suasana pedesaan dan berinteraksi secara
langsung dalam penanaman palawija, pemupukan dan panennya serta ikut menikmati
hasil panen bersama petani setempat.
Kawasan wisata Penenjoan merupakan Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW) yang
didalamnya terdapat Rumah Adat Sunda julang ngapak dan kadal depa
serta upacara adat Ngalaksa dan Tari Tarawangsa. Ada empat buah rumah adat yang berada di kawasan ini ditambah
dengan satu buah aula besar.
Pembangunan rumah adat ini dibiayai dari dana Coorporate Social
Reponsibility (CSR) Bank BJB Sumedang. Rencananya, seluruh bangunan yang akan
didirikan di kawasan wisata Panenjoan Rancakalong, 16 unit bangunan.
Terdiri atas, 10 unit rumah Pemangku Adat Desa, dan masing-masing
satu unit rumah Pemangku Adat Kecamatan, Pemangku Adat Kabupaten, rumah
Pemangku Adat Gubernur Jabar, Pendopo, serta dua ruang makan bersama berikut
perlengkapannya.
Keberadaan rumah pemangku adat di
kawasan tersebut selain berfungsi untuk pelestarian dan pengembangan budaya
Sunda, juga akan menjadi daya tarik wisata budaya bagi Kabupaten Sumedang. Seperti difungsikan sebagai tempat menggelar event-event
budaya, di samping upacara adat ngalaksa yang biasa digelar setahun sekali di
Rancakalong.
Museum Prabu Geusan Ulun posisi letaknya tepat di tengah kota Sumedang. Museum ini berdampingan dengan Gedung Bengkok atau sering juga disebut dengan Gedung Negara, berhadapan dengan Gedung-gedung Pemerintah. Jarak tempuh dari
Bandung ke tempat ini sekitar 45 kilometer, sedangkan jarak tempuh dari Cirebon sekitar 85 kilometer.
Museum ini dikelilingi tembok/dinding yang tingginya 2,5 meter. Luas
halamannya 1,88
ha dihiasi taman-taman dan ditanami pohon-pohon langka. Museum ini menyimpan barang peninggalan
kerajaan Sumedang Larang.
Agar barang peninggalan sejarah Sumedang tersebut bisa
diperlihatkan kepada khalayak umum, bukan hanya keluarga Sumedang saja,
timbulah gagasan untuk membuat museum. Sehingga dengan melihat peninggalannya
di museum ini, lebih banyak orang yang akan mengenal mengenai Kerajaan Sumedang
Larang.
Desa Sekarwangi terletak di wilayah paling
barat Kecamatan Buahdua. Jarak dari ibu kota kecamatan sekitar 6 km, dan
berbatasan langsung dengan Kecamatan Conggeang. Di desa ini pengunjung bisa menikmati objek wisata yang
diberi nama Rumah Buhun.
Di dalam Rumah Buhun ini terdapat berbagai koleksi yang berkaitan dengan
peralatan budaya dan kesenian. Rumah Buhun dibangun sebagai salah satu upaya
melestarikan budaya Sunda khususnya yang berbentuk peralatan dan kesenian.
Pembangunan Rumah Buhun di prakarsai oleh Bapak Ir. Nanang bersama dengan
Bapak Kusnadi sebagai Kepala Desa Sekarwangi pada waktu itu, Mpah Andang dan
Bapak Yaya Kuswaya. Rumah Buhun
didirikan pada tanggal 20 September 2010.
Awalnya Rumah Buhun ini diisi oleh
barang-barang yang merupakan koleksi pribadi Bapak Nanang dan titipan
masyarakat Desa Sekarwangi. Barang-barang yang menjadi koleksi Rumah Buhun ini
diantaranya adalah dua set kursi antik, televisi dan radio lama, kamar tidur
lama lengkap dengan kelambu dan peralatan makan lama.
Selain itu ada peralatan yang digunakan sehari-hari seperti gelas yang terbuat dari batok kelapa dan lampu minyak, ada juga peralatan yang digunakan dalam upacara adat seperti lisung dan bokor.
Selain untuk menyimpan berbagai peralatan dan kesenian, Rumah Buhun juga
menjadi tempat untuk melaksanakan kegiatan kesenian tutunggulan. Ibu-ibu
setempat biasa melaksanakan latihan seni tutunggulan di pekarangan rumah ini.
Seni tutunggulan adalah memainkan musik menggunakan lisung atau alat
penumbuk padi. Pemainnya berjumlah 12 sampai 20 orang, dimana lima orang untuk
sekali main. Salah satu lagu yang sering dibawakan ole seni tutunggilan ini
lagu Rumpatkaca. Seni Tutunggulan salah satu pengisi acara kebudayaan yang
dilaksanakan di Desa Sekarwangi yaitu Gebyar Sekarwangi.
Saung Budaya Sumedang atau Sabusu berlokasi
di samping Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin) Jatinangor. Tepat
berada di pinggir Jalan Raya Jatinangor. Sabusu adalah ruang publik yang diperuntukkan untuk penggiat seni melakukan kegiatan seni dan memamerkan hasil karyanya kepada publik.
Di wilayah Jatinangor banyak seniman
dan komunitas seni yang bergerak dalam pelestarian seni tradisi yang berada di
wilayah Jatinangor. Mereka berusaha mengkampanyekan gairah seni dan budaya ke
seluruh penjuru Jatinangor.
Bapak Supriatna, sebagai sesepuh Sanggar Seni Motekar dengan
dukungan berbagai elemen masyarakat terutama sesama seniman dan beberapa Kepala
Desa meminta perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sumedang terhadap kelangsungan
seni dan budaya di Jatinangor.
Maka dibangunlah Sabusu yang didirikan
pada tahun 2000 oleh Pemerintah Kabupaten Sumedang. Bapak Supriatna sebagai salah
seorang pengurus Saung Budaya Sumedang saat itu, mengaku bahagia dengan
hadirnya Saung Budaya Sumedang karena banyak budaya Sunda khususnya Sumedang
yang patut dilestarikan. Ada beberapa program yang diusung Bapak Supriatna saat
itu, diantaranya mengadakan pelatihan, lomba kesenian, dan rampak sekar.
Pelatihan tersebut terdiri dari tari klasik, gamelan, dan tari jaipong.
Selain Bapak Supriatna, pembangunan
Saung Budaya Sumedang ini juga disambut baik oleh masyarakat
sekitar, mahasiswa dan para budayawan serta seniman setempat. Beberapa orang
ikut menyumbangkan properti untuk melengkapi Saung Budaya Sumedang. Seniman dan
anak-anak didik sanggar sering mengadakan pertunjukan seni dan memamerkan
kerajinan tangan. Para pedagang berjualan barang atau bahan asli yang merupakan
ciri khas Sumedang di luar saung.
Itulah 7 objek wisata budaya yang membuat kita mengenal Sumedang lebih
dekat. Dengan mengenal Sumedang dengan baik maka kita bisa mempromosikan
Sumedang kepada kerabat, teman dan mitra untuk berwisata ke Sumedang.
Referensi
No comments:
Post a Comment